Chapter 7

831 109 4
                                    

Siang-siang bolong yang harusnya jadi momen makan dan beristirahat setelah lelah bekerja, namun sekarang malah menjadi momen paling menyiksa bagi Krist.
Perutnya sakit-seperti diremas-remas-begitulah rasanya. Krist menidurkan kepalanya di atas meja, memegangi perut yang sakit. Entah apa yang dia makan tadi pagi karena perutnya melilit.

"Krist, yakin nggak mau balik aja? Muka lo pucat gitu," tanya Knot merasa khawatir.
Krist menggerakkan tangannya ke udara, memberi tanda bahwa dia baik-baik saja meskipun perutnya makin menyedot tenaganya.

"Yakin?" sambung Prem ikut khawatir. Krist mengangguk lemah.

"Loh, Krist kenapa?" tanya Jhon saat melihat Krist diam tak berdaya.

"Sakit ya? Kenapa kelihatan lemes gitu?"

"Perutnya sakit. Bukan mau ke kamar mandi, tapi sakit. Gimana jelasinnya.. ya lo paham kan, Jhon?" jawab Knot sedikit kesulitan menggambarkan sakit yang Krist rasakan. Syukurnya Jhon menggangguk mengerti.

"Kenapa nggak izin pulang aja? Pak Tew pasti ngerti. Sekalian cek ke dokter," usul Jhon.

"Mulut gue sampai berbusa, udah nyuruh tapi Krist nggak mau. Katanya paling bentar lagi sakitnya hilang," sahut Prem. Mereka bertiga mendadak diam, memikirkan apa yang harus dilakukan jika Krist tidak bersedia pulang. Belum ketemu jawabannya, tiba-tiba seorang lelaki muncul.

"Krist, kamu baik-baik aja?" Ketiganya menoleh, mendapati Danai Smuthkochorn, kepala HRD yang baru masuk beberapa minggu belakang bertanya. Prem dan Knot bergeser, membiarkan Danai memeriksa keadaan Krist. Danai sedikit berjongkok, melihat ke bawah meja tepat wajah Krist tertuju pada lantai.

"Di mana yang sakit, Krist? Coba kasih tau. Atau, coba ke dokter aja ya biar periksa perut kamu kenapa." Krist mengangkat sedikit kepalanya.

"Saya baik-baik aja kok, Pak. Ini cuma sakit sebentar aja. Beneran. Nanti juga sembuh dan lincah lagi." Prem menggeleng.

"Masih sempet-sempetnya mau ngelawak. Udah sana cek ke dokter. Siapa tau hamil." Sadar akan tiga pasang mata menatap padanya dengan tanda tanya besar, Prem meralat, "Eh, maksudnya siapa tau usus buntu atau apa gitu. Kalo hamil, mana bisa kan si Krist cowo..."
Mengabaikan ucapan Prem tadi, Danai kembali bertanya, "Kamu mau ke dokter? Biar saya anterin sekarang."

Knot menyenggol bahu Prem.
"Eh, Pak Danai naksir Krist ya? Waktu gue sekarat nggak ada ditawarin dianterin ke dokter. Gue jadi curigong."

"Kayaknya sih gitu," balas Prem ikut berbisik. Krist tetap menggeleng, tapi tangannya meremas celana bahannya karena perutnya tambah sakit.

"Loh, Krist sakit? Mukanya pucat gitu," tanya Yong yang kebetulan lewat di dekat bilik milik Krist. Suasana jadi semakin ramai perkara Krist sakit. Beberapa orang mulai mengerubungi tempat Krist karena ingin melihat si ceriwis Krist yang biasanya energik kayak pelawak mendadak diam.

"Ini kalo Krist nya dikelilingin kayak mau dijadiin tumbal, dia malah gerah," ketus Prem mulai gerah dikelilingi beberapa orang yang kebetulan laki-laki semua.

"Kalo mau carmuk sama Krist tuh beliin makanan kek, apa kek, jangan cuma dipelototin doang," tambahnya makin ketus. Knot refleks menginjak kaki Prem.

"Ya kan dicek dulu Krist sakit di mana biar kita tau harus apa selanjutnya, Prem. Ketus amat kayak mulut ibu mertua," sahut Jhon. Sebelum Prem meladeni lebih ketus lagi, tiba-tiba Tew muncul layaknya pahlawan kesiangan. Dengan gaya tengilnya, dia menarik tubuh Yong, dan Jhon supaya menyingkir dari sana.

"Krist, kamu pulang aja. Saya anterin ke lobi sekarang supaya kamu ke dokter." Kalimatnya berhasil mengusir beberapa orang yang ada di sana-tidak berani melawan Tew yang paling mahir dalam urusan mengambil hati laki-laki dan perempuan, begitu pula dengan Danai yang pelan-pelan mulai mundur teratur.

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now