Chapter 35

630 78 14
                                    

Cerahnya langit tak mendukung berkabungnya hati yang menyelimuti semua orang di pemakaman. Krist masih tidak percaya kabar yang diberitakan. Apple meninggal. Penyebab meninggalnya akibat ditabrak mobil. Dari yang Krist dengar yang menabrak Apple adalah mantan suaminya. Laki-laki itu sudah ditangkap dan ditahan oleh pihak kepolisian.

Peti mati sudah diturunkan dan doa sudah dipanjatkan. Krist mengamati Singto yang menunduk memandangi tanah yang menutupi peti matinya. Dia tidak bisa membayangkan betapa sedihnya Singto sekarang. Dia tak berhenti mengusap pundak dan punggung Singto.

Di saat dia mengusap punggung Singto, dia melihat Namtan berdiri cukup jauh di seberang sana. Tidak seperti Off yang berdiri bersama orang- orang, Namtan malah menjauh. Entah apa maksudnya karena Krist tidak dapat menerka-nerka sekarang. Beberapa menit kemudian orang-orang mulai pergi meninggalkan pemakaman dan menyisakan Singto berdiri di depan makam Apple ditemani Krist.

"Pak Sing..."

Singto meremas tangannya dengan kepala menunduk. Lututnya terasa lemas hingga tubuhnya merosot jatuh dan lututnya menyentuh tanah. Singto tak memperdulikan soal kotor karena dia sangat sedih kehilangan Apple. Baginya Apple sudah seperti saudaranya sendiri sehingga kehilangan perempuan itu sama seperti kehilangan anggota keluarganya.

"Pak Sing..."

Krist mengusap pundak Singto dengan pelan.

"Yang sabar, Pak," ucapnya pelan.

"Saya gagal Krist...," gumamnya lirih.

Singto mendongak menatap Krist yang masih berdiri. Air matanya jatuh membasahi pipi.

"Saya gagal melindungi Apple..."

Untuk pertama kalinya Krist melihat Singto meneteskan air mata di depannya. Kesedihan tak lagi menguasai wajah Singto tetapi ada juga keputusasaan apalagi setelah mengatakan kalimat sebelumnya. Krist menyeka air mata Singto dengan ibu jarinya.

"Bapak nggak gagal. Pak Singto udah melakukan yang terbaik untuk melindungi Apple," balas Krist mencoba menenangkan.

Singto menggeleng, masih tetap dengan air mata membasahi pipinya.

"Nggak. Saya gagal. Saya nggak bisa melindungi dan menjaga dia dari mantan suaminya. Kalau aja saya mampu, Apple nggak mungkin meninggal. Dia nggak mungkin pergi dari dunia ini, Krist..."

"Pak Singto nggak tau kapan Apple akan dicelakai mantan suaminya lagi. Pak Singto udah melakukan banyak hal untuk Apple. Dia senang Pak Singto udah melakukan itu semua. Jangan pernah mengatakan hal itu, Pak."

Singto menunduk seiring air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya. Krist yang masih berdiri mengangkat pelan-pelan dagu Singto hingga laki-laki itu kembali mendongak kepadanya.

"Pak Singto udah melakukan yang terbaik. Jangan menyalahkan diri Pak Singto lagi. Saya yakin Apple pun setuju dengan saya," ucap Krist lirih.

Singto tak mengatakan apa-apa selain memeluk pinggang Krist, membenamkan wajahnya di perut rata Krist sambil terus menangisi kepergian Apple. Dengan gerakan lembut Krist tak berhenti mengusap kepala Singto dan membiarkan laki-laki itu menyalurkan kesedihannya.

.

.

Krist mengamati gerak-gerik Singto dan Namtan yang mengobrol di seberang sana, berjarak beberapa meja dari tempatnya berada. Bukan dia tidak percaya dengan Singto, tetapi entah ada angin apa Namtan ingin menemui Singto. Maka dari itu, Singto memesan satu restoran hanya untuk mengobrol dengan Namtan.

Selain tidak ingin ada orang lain yang mendengar percakapan mereka, Singto tidak ingin menjadi sorotan karena mendekati mantan Miss World itu. Tapi kedatangan Singto dan Krist tidak hanya berdua karena Krist mengajak New untuk menemaninya. Sementara Singto mengajak Tay Tawan untuk mengurus sesuatu yang tidak diketahui Krist.

The Devil's Secrets [Tamat]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant