Chapter 32

625 79 9
                                    

Chamomile tea dan cheese cake tersedia di atas meja ketika duduk di tea house. Siang ini mereka memutuskan untuk bersantai sambil ngeteh. Krist yang tidak pernah ngeteh cantik hanya pasrah ketika diajak Singto bertemu Apple di tempat ini. Katanya supaya dia kenal dengan Apple.

Tapi, dia tidak ikut nimbrung dengan obrolan keduanya, hanya sebatas mendengarkan dan mengamati. Krist tak berhenti mengamati tato yang menghiasi lengan dan dada Apple. Dia tidak menyangka tatonya sebanyak itu.

"Aku nggak nyangka, lho, Singto akhirnya bersedia pacaran setelah sekian banyak perempuan yang digebet sama dia." Apple berucap sambil melihat ke arah Krist.

Krist yang tengah mengamati Apple langsung tersentak kaget. Dia spontan mengeluarkan cengiran andalannya menanggapi ucapan Apple.

"Iya, ini dipelet sama Krist," sahut Singto.

"Enak aja. Pak Singto tuh yang ngejar-ngejar saya. Berarti saya korban yang dipelet," balas Krist tak mau kalah.

Apple tertawa kecil mengamati dua orang di depannya.

"Kalian lucu banget deh. Senang lihatnya."

"Pak Singto mah kaku. Dia nggak ada lucu-lucunya. Kadang aja kayak robot gitu," ceplos Krist.

Singto geleng-geleng kepala, lalu mencubit pipi Krist dengan gemasnya. Apple tertawa lagi melihatnya.

"Iya, betul, tapi Singto yang sekarang lebih ekspresif dari biasanya. Singto jarang bercanda lho, Krist. Tapi sama kamu dia kelihatan sering bercanda," beber Apple.

"Oh, ya? Tapi bercandanya suka garing. Masa dia ngebohongin saya soal kakaknya yang dulunya laki. Padahal perempuan tulen gitu," adu Krist dengan wajah menekuk sebal.

Setiap mengingat hal itu dia tidak pernah suka dengan candaan Singto yang terkesan serius. Apple tertawa pelan.

"Hahaha... kamu parah banget, deh, Sing. Tapi kalau nggak salah kakaknya teman kamu dulunya laki terus sekarang jadi perempuan.

"Iya, kakaknya Marco."

Krist meneleng ke samping.

"Marco siapa, Pak?"

"Marco itu teman deket saya. Pas kakaknya Marco ulang tahun nanti kita bisa ketemu dia. Ada Dimas juga," jawab Singto.

"Dimas siapa lagi, Pak?"

"Sing kalau punya pacar mbok dikenalin gitu sama teman-temannya," sela Apple.

Dia sudah mengenal dua nama yang disebutkan Singto barusan karena sempat bertemu dengan keduanya dan berakhir berkenalan.

"Gimana mau ngenalin kalau ada banyak masalah yang muncul. Tew sialan ngomong kalau anak kamu itu anak saya. Ribut lagi akhirnya. Belum lagi soal Namtan yang mengada-ngada mengenai kamu," tutur Singto sembari melirik Krist yang terlihat menunduk merasa bersalah.

Sejurus kemudian dia menambahkan, "Ya untung aja udah kelar semua. Nggak ada salah paham lagi."

Krist nyengir seraya menggelayut manja di lengan bosnya. Kepalanya sedikit mendongak memandangi Singto di sampingnya.

"Maaf ya, Pak. Namanya juga cinta kan takut kehilangan jadinya gitu."

"Iya, saya tau."

Untung Singto cinta. Jadinya dia mencoba sabar ketika banyaknya masalah datang silih berganti menghantam pondasi hubungan mereka meski awalnya mereka sempat terpisah karena ada yang ditutupi. Namun, kini semua telah membaik seperti semula.

"Sini cium dulu, Pak."

Krist memajukan bibirnya namun, dia segera tersadar kalau masih ada Apple yang memperhatikan mereka. Kemudian dia nyengir melihat Apple.

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now