Chapter 23

589 75 6
                                    

Pagi ini diawali dengan hujan yang membasahi tanah. Beruntung saja Krist sudah tiba di kantor setelah Tew menjemputnya. Satu kantornya seakan iri karena Tew rela menjemputnya selagi Singto berada di luar negeri. Sebagian lainnya berubah menjadi rubah karena menyebar gosip murahan tentangnya dan Tew.

Ingin rasanya menyumpal mulut-mulut tukang gosip yang menyebar rumor dia ada affair sama Tew tetapi salah satu pencetusnya adalah Knot. Jadinya dia tidak terlalu mengambil pusing. Toh, akan hilang secepat angin yang berembus.

Dua hari belakang tidak ada telepon dari Singto. Entah ke mana laki-laki itu sampai lupa menghubunginya sejak tiba di Singapura. Tapi mungkin Tuhan baru saja menegur atau mengingatkan Singto karena ada nomor ponsel luar yang menghubungi nomor ponselnya. Krist pun segera mengangkat panggilan itu.

"Ya, halo?"

"Kamu lagi ngapain? Udah makan siang belum?"

Krist mengubah wajah masamnya menjadi senyum lebar. Suara khas bagai nyanyian indah itu sudah pasti milik Singto. Calon suaminya yang super duper menyebalkan karena dua hari ini tidak berkabar. Untung bukan tiga tahun kayak Bang Toyib.

"Ke mana aja, Pak? Dibawa ke planet lain dulu sama alien? Dua hari nggak ngasih kabar," sahut Krist pura-pura marah.

"Saya minta maaf telat kabarin kamu soalnya rekan bisnisnya rewel. Mending juga direwelin sama kamu. Saya kangen."

Singto yang berada di belahan negara lain, sangat merindukan pacarnya.

"Saya juga kangen Pak Singtar. Tapi kayaknya saya nggak pernah rewel. Pernahnya nina boboin Pak Singtar," balas Krist dengan tangan yang sedikit menutupi mulutnya agar tidak ada makhluk-makhluk ngeselin menguping kalimatnya yang satu ini.

Singto tertawa kecil.

"Pulang dari sini jangan lupa nina boboin saya. Kangen mau meluk kamu di kasur empuk."

Pikiran Krist melayang ke mana-mana memikirkan tubuh sempurna Singto dan segala keindahan yang patut disyukuri karena Tuhan menciptakannya. Aduh... otak gue! Kenapa sih ah, mesum mulu! batinnya mengusir jauh-jauh pikiran kotor itu.

"Kamu pasti lagi bayangin yang jorok-jorok. Iya, kan?" tegur Singto sesaat menyadari Krist diam tak mengatakan apa-apa.

Krist tersedak ludahnya sendiri. Dia terbatuk-batuk sampai harus meneguk air putih demi kelancaran tenggorokkan yang kering.

"Tuh, kan, kamu emang mikir yang aneh-aneh."

Krist diam berusaha menenangkan pikiran sialannya. Demi Neptunus, Krist bersumpah akan mengutuk dirinya kalau dia sampai terpancing mengakui kebinalannya. Tahan Krist, tahan. Jangan bilang iya. Awas lo! batinnya mengingatkan. Tapi mulutnya gatal ingin mengatakan iya. Ampun deh! Demi mengalihkan ucapan Singto, dia memiliki cara yang lebih baik agar semua berbalik pada laki-laki itu.

"Pak, pernah ngelakuin ps nggak?"

"Playstation?"

"Bukan. Phone sex. Yuk, Pak?"

Kali ini gantian Singto yang terbatuk-batuk mendengar ajakan Krist.

"Bercanda ya, Pak. Hehehe..."

Singto mengusap dadanya. Ampun deh, mendengar ajakan barusan membuat seluruh tubuhnya cenat-cenut.

"Tapi bayangin aja kalau misalnya tangan saya masuk ke dalam..."

Sebelum kalimat Krist menjurus pada hal yang lebih jauh, Singto menyela lebih dulu.

"Cukup. Jangan dilanjut. Kamu nih beneran nguji saya."

The Devil's Secrets [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang