Chapter 31

646 89 17
                                    

Sepanjang jalan Krist diam mendengarkan lagu yang disetel Singto. Lagu Say So milik PJ Morton ft Jojo mengalun sempurna memenuhi mobil. Krist tidak pernah tahu selera musik Singto adalah lagu-lagu santai untuk penghantar tidur. Mereka tidak langsung pulang karena akan mampir sebentar ke rumah neneknya Singto.

Setelah setengah jam lamanya akhirnya mereka tiba di rumah megah bak istana yang luas dan besarnya tidak terkira. Krist menyipitkan matanya memperhatikan rumah secara saksama. Rasa-rasanya rumah yang dia datangi berbeda dari rumah yang pernah dijadikan acara ulang tahun neneknya.

"Pak, ini rumahnya siapa?"

"Ayah saya. Oma lagi di sini."

Krist menganga. Ya, ampun! Ternyata ini rumahnya Parama Otwaphan Ruangroj. Pantas terasa asing, orang dia baru datang untuk pertama kalinya ke sini. Beberapa menit kemudian dia keluar mengikuti Singto yang sudah lebih dulu turun dan membukakan pintu untuknya.

"Pak, kenapa datang ke sini malam-malam? Kasihan Oma mau istirahat," celoteh Krist.

Sialnya Singto mengabaikannya.

"Pak! Orang lagi ngomong juga masa dianggurin aja kayak tembok."

Singto berhenti sebentar sembari meneleng ke samping, masih menggenggam tangan Krist saat memasuki rumah mewah ayahnya.

"Soalnya Oma yang nyuruh datang jam segini. Dia bilang kalau nunggu hari sabtu atau minggu takutnya kita pergi. Karena udah saya jawab jangan lupa dicium."

"Astaga... Bapak maniak cium apa gimana, sih? Bentar-bentar minta cium."

Krist geleng-geleng kepala namun, bibirnya sudah maju beberapa senti hendak menghampiri pipi Singto. Ketika bibirnya akan sampai menyentuh permukaan lembut itu, Singto meneleng sehingga bibir mereka bertemu. Buru-buru Krist menarik bibirnya.

"Ya ampun! Pak Singto nyolong kesempatan dalam kenikmatan, nih!"

Singto tertawa kecil. Davika yang tidak sengaja melihat kejadian itu langsung heboh sendiri.

"Aduh, Mama nggak lihat. Mama nggak lihat."

Krist dan Singto terlonjak kaget mendengar ucapan itu. Mereka terkejut saat melihat Davika pura-pura menutup mata tapi bibirnya menyunggingkan senyum penuh arti. Mereka mendadak malu ketangkap basah melakukan hal yang tidak seharusnya dilihat orangtuanya. Demi mengusir kecanggungan yang melanda Singto langsung menghampiri Davika dan memeluknya.

"Malam, Ma."

Davika menepuk-nepuk pundak Singto sambil terkekeh.

"Cie... malu, ya, makanya langsung peluk Mama?"

"Diam aja, Ma. Kalau ketahuan Papa, kan, malu," bisik Singto.

Davika menarik diri, lantas tertawa cukup keras sambil menunjuk kamera di sudut ruangan.

"Kata siapa Papa kamu nggak lihat? Dia pasti lihat kalau periksa CCTV."

Singto meruntuki kebodohannya. Dia lupa rumah ayahnya dipasangi belasan CCTV. Kalau saja dia ingat, dia takkan berani melakukan hal konyol seperti sebelumnya. Kalau sudah begini dia hanya berharap ayahnya tidak memeriksa CCTV.

"Udah tenang aja Papa kamu santuy kok."

Davika mendekati Krist, lalu memeluknya.

"Krist cintaku akhirnya datang juga main ke sini. Mama kangen banget!" bisiknya semangat.

Krist sedang mode kalem sehingga dia membalas pelukan Davika sambil berkata dengan nada lembut, "Krist juga kangen, Tante."

"Eh, panggil Mama dong. Sebentar lagi, kan, kamu mau nikah sama Singto jadinya jangan panggil Tante lagi," ucap Davika, yang kemudian melepas pelukannya. Sembari mengusap kepala Krist, dia tersenyum memandangi calon menantunya.

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now