Chapter 36

653 81 20
                                    

Setelah Apple meninggal Singto mulai membiasakan diri untuk menerima kenyataan itu. Saat ini Singto pergi memenuhi undangan pesta ulang tahun kakak temannya yang diadakan di hotel bintang lima. Di depan pintu ballroom terpampang foto sang empunya acara.

Berbagai tamu datang memenuhi ballroom, bahkan ada artis-artis nama sekelas boyband SBFive dan 9x9. Tak hanya dua boyband papan atas tersebut tetapi juga dua band ternama yakni Paradox dan Getsunova, girlband Sizzy, dan beberapa solois ternama.

Singto mengenakan kemeja putih dengan jas biru dongker yang dia beli khusus di luar negri. Sementara Krist di sebelahnya mengenakan kemeja dan jas yang sama persis dengan Singto.

"Pak, ini ulang tahun kakaknya Marco? Yang fotonya di depan itu kan?" tanya Krist setelah berulang kali diam dan melarikan pandangan ke sekelilingnya.

"Iya, betul. Kenapa?"

"Kakaknya cantik banget, Pak. Astaga!"

"Kakaknya Marco aslinya laki-laki."

"HAH?!" Krist melotot kaget.

"Serius, Pak? Jadi ini kakaknya Marco yang Bapak bahas waktu itu? Bapak nggak bohongin saya kayak waktu itu, kan?"

"Saya serius. Keluarganya Marco nggak ada yang datang kecuali Marco sendiri. Ya, mirip Praepailin diusir dari rumah."

Krist masih tidak percaya mengetahui hal yang tidak terduga. Wajah secantik bidadari itu dulunya laki-laki? Ya, amplop! Bagaimana bisa secantik itu?!
Tak hanya wajah karena kulitnya terlihat mulus dan tubuh langsingnya yang sempurna.

"Jangan bahas ini sama Marco. Saya cerita supaya kamu nggak kaget nantinya," bisik Singto.

Krist mengangguk. Pikirannya masih belum menerima soal kenyataan itu. Tidak mungkin kakaknya Marco secantik artis Thailand. Wajahnya itu lho yang bikin dia iri. Cantiknya natural!

"Omong-omong, saya belum cerita soal Dimas sama Marco, kan?"

Krist yang masih membayangi soal kakaknya Marco tersentak kaget.

"Ah... belum, Pak."

"Saya, Dimas, dan Marco satu kampus. Orangtua kita juga saling kenal, kalau Marco sendiri blasteran Jerman Thailand." jawab Singto sambil melihat ke kanan dan kiri mencari dua teman dekatnya itu.

"Oh, gitu. Omong-omong, Bapak nyari siapa?"

"Marco. Kamu harus kenalan sama dia."

Baru akan menanyakan lagi tiba-tiba Krist mendengar suara tepukan di pundak Singto. Ada nada-nada tengil yang mengisi tepukan itu.

"Waduh, bumi gemetar nih karena Prachaya Ruangroj bawa pacarnya. Ini Krist, kan?"

Singto menyalami tangan laki-laki itu dan mengangguk.

"Halo, Krist. Udah mandi belum, nih?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut laki-laki yang baru ditemui Krist. Iya, temannya Singto yang tidak tahu dari planet mana. Cengiran tengil dan cara bicaranya yang asbun alias asal bunyi menandakan laki-laki itu agak konyol. Selain itu, laki-laki itu mengenakan sepatu berbeda warna dan motif yang entah apa maksudnya. Entah gayanya agak eksentrik
atau memang sengaja ingin jadi pusat perhatian.

"Saya baru aja dimandiin Pak Singto," jawab Krist santai.

"Kok nggak bilang? Kita kan bisa threesome."

Laki-laki itu nyengir mendapati tatapan tajam Singto padanya.

"Santai, ye, kayak di pantai. Jangan melotot macem nenek gerandong dong, Sing."

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now