Chapter 15

818 99 18
                                    

Kejadian semalam membuat Krist harus jaga jarak seandainya bertemu Off. Untung saja Singto tidak mencak-mencak, cuma menarik lengannya dan tidak mengatakan apa-apa pada Off. Tapi bukan berarti Singto tidak marah. Dia bisa melihat kekesalan yang tersirat dari wajah pacarnya. Waktu ditanya dalam perjalanan pulang, Singto cuma jawab seadanya. Beruntungnya pagi ini sikap Singto sudah biasa saja. Lelaki itu terlihat sudah melupakan kejadian semalam meskipun perbincangan mereka belum sebanyak biasanya. Krist turun dari mobil Singto yang diparkir di basemen khusus CEO atau tamu-tamu penting. Suasana lift cukup ramai. Dia berdiri di pojok kanan, sementara Singto di tengah-tengah. Sedikit menjaga jarak supaya tidak ada yang curiga mereka datang bersama.

"Selamat pagi, Krist." Danai menyapa sambil melempar senyum manis pada Krist.

Dengan cepat Krist membalas, "Pagi juga, Pak Danai."

"Perut kamu udah nggak kambuh kayak kemarin kan?" tanya Danai.

"Nggak, Pak. Udah baik-baik aja. Malah udah bisa salto," jawab Krist bercanda. Jawabannya berhasil membuat Danai tertawa.

"Syukurlah. Oh iya, nanti siang kamu ada waktu? Saya mau ngajak kamu makan siang bareng," tanya Danai lagi. Knot yang berdiri di samping Danai langsung berdeham.

"Ehem! Ya elah Pak Danai ngerayu Krist mulu. Ngajak datenya ke restoran mewah dong." Celetukkannya ini membuat beberapa orang di dalam lift menoleh pada Danai karena suaranya cukup keras.

Danai memelototi Knot supaya mulutnya tidak sekeras toa masjid. Beberapa pasang mata yang menatapnya membuat dia malu. Ah, dia salah langkah. Seharusnya tidak membicarakannya di lift karena ruang lift cukup sempit sehingga apa yang dibicarakan dapat terdengar.

"Damai ya, Pak. Habis kentara banget sih Bapak ngejar-ngejar Krist," beber Knot sedikit memelankan suaranya.

"Waduh. kepala HRD kita naksir Krist ternyata," sahut Jhon.

"Eh, Jhon. Lo juga naksir Krist. Segala ngasih cokelat udah kayak anak ABG lagi," ceplos Prem yang berdiri di paling depan dekat pintu lift, bersebelahan dengan Jhon.

"Seriusan Jhon kasih cokelat??" timpal Knot terkaget-kaget.

Danai mengabaikan celetukan-celetukan sesat yang ada. Pandangannya tetap tertuju pada Krist yang tidak merespons.

"Jadi gimana, Krist? Kamu free kan siang ini?"

Baru kemarin hatinya panas melihat Off bersandar di pundak Krist, sekarang dia mendengar lelaki lain mengajak pacarnya makan siang bareng. Moodnya sudah amblas jadi tambah amblas.

"Saya kasih tau kalian semua kalo Krist pacaran sama saya. Jangan coba-coba deketin Krist kalo masih mau kerja di sini. Jangan lupa sampaikan ke karyawan yang lain," ucap Singto terang-terangan. Dia tidak ingin mendengar hal lain yang semakin memperburuk suasana hatinya.

Semua yang ada di lift langsung menoleh ke belakang, menatap Singto setengah melongo. Krist ingin menghilang saja karena Singto yang baru aja blak-blakan. Padahal dia belum siap kalau semua orang tahu hubungan mereka.

"Dan kamu Danai. Denger ya, Krist nggak ada waktu makan siang bareng kamu. Dia makan siang bareng saya," tegas Singto sambil menatap tajam Danai.

"Jangan godain Krist lagi. Kamu udah tau siapa pemiliknya." Danai menunduk malu, dan mundur sedikit menjaga jarak dengan Krist.

Tidak lama kemudian pintu lift terbuka. Beberapa orang menyingkir ke samping demi membiarkan Singto keluar duluan sembari menggenggam tangan Krist. Orang-orang ikut keluar dari lift. Mereka belum mempercayai yang dikatakan Singto. Bagi mereka ini seperti mendengar Singto ingin menikah dengan Papanya sendiri. Sangat mengejutkan!

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now