Chapter 21

581 83 9
                                    

Disclaimer!!
Aku publish wattpad lagi bukan karena ga menghargai Abang yang lagi ibadah ya... Berhubung agama ku dan Abang juga sama jadi ga mungkin aku ga menghargai agamaku sendiri...

Tujuan publish karena lagi kangen banget sama Abang dan aku juga pengen ngobatin kalian yang udah kangen sama Abang lewat tulisanku...

So, selamat membaca!!✨

.

.

Belum ada seharian ditinggal, Krist sudah merindukan Singto. Setiap beberapa menit sekali teman sekantornya sampai meledek dengan mengatakan Singto bertemu dengan gebetan lain di Singapura supaya suasana hatinya memburuk. Beruntung saja ada Prem yang menyemangati dan mengatakan hal-hal positif kalau tidak dia bisa emosi.

"Gue bisa gila cuma mikirin Pak Singtar lagi ngapain dan kenapa belum ngasih kabar!" dumel Krist sembari menyandarkan tubuhnya di punggung kursi dengan bibir mengerucut sempurna.

Prem yang tengah merapikan beberapa berkasnya langsung menyahuti, "Ampun, deh, baru nggak dikasih kabar beberapa jam udah rewel. Sabar dong. Mungkin Pak Singtar sibuk. Doi, kan, mau ketemu rekan bisnisnya di sana."

Krist memiringkan kursinya sampai menghadap pada Prem. "Rekan bisnisnya perempuan atau laki-laki, ya? Kalau genit sama Pak Singtar gimana?"

"Hadeh, Maemunah! Kalau pun rekan bisnisnya lelaki kaya kita, ya, terus kenapa? Takut kepincut?"

Krist mengangguk.

"Mungkin banyak yang lebih oke, lebih waras dan pastinya lebih hebat dari lo. Tapi nyatanya Pak Singtar pacarin lo. Bahkan model-model papan atas apalagi Miss World kayak Namtan cuma jadi gebetan doang. Jadi lo udah berhasil meraih tempat tertinggi di hati Pak Singtar."

Prem mencoba menenangkan untuk kesekian kali. Telinganya jengah mendengar Krist menghela napas pasrah.

"Itu benar, Krist. Pak Singtar kayaknya udah cinta mentok sama lo," serobot Knot tiba-tiba.

"By the way, gue dengar-dengar kalian sering berangkat bareng. Atau, jangan-jangan udah satu atap?"

Krist mati kutu. Untung saja ponselnya bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Matanya mengamati nomor cantik yang tidak dia kenal. Tanpa ingin menebak Krist segera mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Krist, ini saya ayahnya Singto. Boleh kita ketemu sekarang? Kebetulan sekarang lagi jam makan siang," jawab Rama di seberang sana sekaligus bertanya balik.

Krist kaget sekaligus panik.

"Bo-bo-boleh, Om. Mau ketemu di mana, Om?"

"Nanti saya suruh sopir saya jemput kamu di kantor."

"Eh, nggak usah, Om. Saya bisa naik taksi online. Tolong kirim alamatnya ya, Om. Saya nggak enak nanti malah ngerepotin."

"Sebenarnya nggak ngerepotin cuma kalau kamu nggak mau, saya nggak bisa maksa. Saya kirimin alamatnya. Saya tutup, ya, teleponnya. Sampai ketemu nanti, Krist."

Beberapa menit kemudian sambungan telepon terputus. Krist seperti mendapat duren jatuh karena ditelepon calon mertua. Eh, tapi jangan senang dulu. Tumben ayahnya Singto ngajak ketemu. Ada perlu apa? Kepala Krist mendadak sakit memikirkan segala kemungkinan terburuknya.

"Om mana tuh yang ngajak ketemu lo?" tanya Knot penasaran. Sejak Krist menerima telepon, baik Prem maupun Knot memperhatikan dengan saksama.

"Bapaknya Singto. Udah, ah, gue mau cabs dulu. Duluan, ya, semuanya!"

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now