Chapter 11

772 98 7
                                    

Hai semuanya~

Untuk chapter di atas, ada nama karakter yang aku ganti ya. Awalnya adik perempuan Tay dan Bright itu namanya Janhae, bakal ku ganti Alice ya... Tujuannya biar visulisasi di otak kalian ga bingung. Aku baru sadar, adik Singto yang awal-awal diusir papanya karena nikah sama Om sendiri, namanya Praepailin. Sedangkan Janhae dan Praepailin di real life itu orang yang sama *doh maap...

Selamat membaca!!

.

.

Satu kalimat yang terus terngiang di kepala Krist selama beberapa hari belakang adalah, saya cinta sama kamu, Krist. Hatinya mendadak jadi taman bunga gara-gara ungkapan paling mematikan di dunia. Dia bisa terjebak beneran dalam lautan cinta Prachaya Ruangroj. Tapi siapa sih yang tidak mau dicintai seorang Singto yang super duper peluk-able itu? Tidak ada. Kalau dia bilang dia tidak ada 'rasa' pada Singto setelah beberapa hal yang telah mereka lewati, itu tandanya dia bohong. Dan bohong juga kalau dia tidak menikmati perhatian, gombalan, dan hal-hal manis lainnya yang Singto berikan padanya. 

Mengingat hal manis, maka dia ingat bagaimana Singto memijat kakinya setiap malam agar bengkaknya cepat sembuh, mencium keningnya sebelum tidur, dan masih banyak perlakuan manis yang tidak bisa dia jabarkan dalam pikirannya. Singto yang datar itu bisa menjadi lebih dari kata 'manis'. 

"Krist?" Lamunannya buyar mendengar sapaan dari samping tubuhnya. Krist yang kala itu sedang duduk menunggu Prem di restoran Calderazzo On 31 di kawasan Bangkok, langsung mengalihkan pandangannya. 

"P'Off?" 

"Kamu sendirian aja? Nggak sama Singto?" Krist menggeleng. 

Bola matanya bergerak cepat ke kanan dan kiri memastikan apakah ada kehadiran Namtan di sana. Seakan mengerti pergerakan mata pacar sepupunya, Off berkata, "Saya nggak sama Namtan. Dia lagi pergi ke luar negeri." 

"Oh, gitu. Singto nggak ikut soalnya saya mau makan sama teman kantor. Teman saya masih di jalan. Jadi kamu sendirian?" 

Off menunjuk Alice yang tengah berbincang dengan beberapa temannya di meja seberang. 

"Berdua sama Alice. Tapi dia ketemu temen-temennya jadi saya dicuekin." 

"Mau duduk bareng di sini? Nanti saya kenalin sama temen saya kalo dia udah dateng," tawar Krist merasa kasihan. 

Off langsung bertanya, "Boleh?" Krist mengangguk. 

Setelah Belagio duduk, ponselnya berdering. Ada nama Prem tertera pada layar smart phonenya. Dengan cepat dia mengangkat panggilan Prem sebelum temannya mematikan sambungan. 

"Apaaaaa??? Kok lo gitu sih?? Gue kan udah nunggu di sini selama satu jam kampret! Kenapa mendadak nggak jadi?? Ih, lo ngeselin banget!" Krist langsung memutus sambungannya sepihak meskipun Prem belum selesai bicara. Dia kesal. Kenapa Prem baru menghubunginya setelah dia menunggu satu jam?? Kenapa tidak dari sebelumnya saja kabarin kalau ada acara keluarga dadakan? 

"Dasar ati ampela!" Off yang kebetulan belum beranjak pergi dapat mendengar semua umpatan Krist. 

"Kenapa? Temen kamu nggak jadi dateng?" Krist baru sadar Off duduk di depannya. Ini berarti Off dengar dia mengumpat? Rusak sudah image kalem-kalem manis di depan semua sepupu Singto. Aduh, hancur deh image pangeran kerjaan gue! 

"Nggak." Krist mendengkus kesal. Dia menghela napas berulang kali sebelum meneguk air putihnya.

"Kayaknya saya pulang aja. Takut makin malem nanti susah cari ojek." 

"Kenapa nggak makan dulu? Saya yakin kamu laper. Nanti pulang bisa saya anter," ucap Off. Dua detik setelahnya dia mendengar bunyi perut kelaparan Krist. 

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now