Chapter 13

747 94 6
                                    

Krist diam memandangi Singto. Ada rasa penasaran yang ingin dia tanyakan lebih lanjut. Bukan hanya soal keluarganya, tapi ke mana mereka pergi sekarang.

"Ngapain kamu lihatin saya terus? Emangnya saya pisang."

"Nggak, Pak. Cuma mau bilang kalo marah mulu muka Bapak bisa banyak kerutan."

"Kamu yang bikin saya marah."
Krist mencibir, "Emang dasar hobi Bapak marah mulu. Saya kan nggak tau bakal ketiduran ganteng kayak kemarin. Kalo tau juga udah ancang-ancang nggak mau dianter pulang."

Memang dasar Singto. Dia tidak bisa marah lama-lama sama Krist, dan hasilnya dia menarik pinggang Krist agar merapat dengan posisi duduknya. Tak cukup menarik pinggang, dia memeluk dari samping Krist yang tampak terkejut akan tindakannya.

"Saya minta maaf soal kemarin. Saya cemburu. Saya nggak mau kamu sampai naksir Off," bisik Singto lirih.

Krist mendaratkan tangannya di atas punggung tangan Singto, lalu mengusap lembut dengan ibu jarinya. Sementara satu tangan lainnya mengusap kepala Singto. Dia tahu Singto cemburu, dan bekas memar di wajah Off menjelaskan kenapa Singto sangat marah kemarin.

"Ya elah, Pak. Biarpun Off kadar gantengnya lebih tinggi dari Bapak, tapi saya tetep pilih Bapak," ucap Krist.

"Lain cerita kalo disuruh pilih Bapak atau Suho, ya saya pilih Suho dong!" tambahnya dengan nada bercanda.

"Siapa tuh Suho? Saya baru denger namanya."
Singto menarik diri. Baru juga mesam-mesem, eh tiba-tiba dihempas jauh-jauh sampai dasar laut.

"Anak mana tuh? Biar saya teror." Krist tertawa terbahak-bahak. Ya, Tuhan... bisa nggak sih dia minta dikasih pacar dua seperti Singto? Supaya kalau satunya selingkuh, dia masih punya cadangan. Biar kayak nasi goreng karet dua.

"Suho itu personel boyband Exo dari Korea. Dia famous banget, loh! Bapak nggak tau?" Singto menggeleng.

"Hadeh... selain cemburunya kelewatan, ternyata kudet juga." Krist mencubit gemas pipi Singto, lalu memeluk Singto seperti yang lelaki itu lakukan sebelumnya.

"Tapi saya suka kalo Pak Singto cemburu. Tandanya Bapak cinta banget sama saya."

"Apa kamu cinta sama saya? Saya belum pernah denger kamu bilang kalimat itu," tanya Singto seraya melonggarkan sedikit pelukannya agar dapat menatap wajah Krist.

"Itu rahasia saya, Tuhan, Bumi, Bulan, dan Ilahi. Bapak nggak boleh tau," jawab Krist sembari menjulurkan lidahnya. Lalu dia kembali mempererat pelukannya pada Singto.

"Omong-omong kita mau ke mana, Pak? Kayaknya jauh dari kantor."

"Mau ke rumah ibu kandung saya."

"Mau ngapain, Pak?"

"Seperti yang kamu bilang sebelumnya. Bobo siang."

"Boci di rumah mama mertua? Aduh. enak dong, Pak. Nyaman deh pasti bobo bareng di sana."
Krist melempar tatap genit seraya menyentuh dada Singto dengan gerakan nakal.

"Krist." Singto memelototi Krist yang semakin gencar meraba dadanya.

"Ada Pak Mamat di depan. Jangan macem-macem." Krist semakin bersemangat ingin menggoda Singto. Anggap saja ini balasan karena kemarin cuekin dirinya. Menjadi penggoda tentu menyenangkan.

"Emangnya kenapa sih, Pak? Boci juga sebenernya bisa di sini." Krist menurunkan tangannya sampai berada di atas paha Singto.

"Pak Mamat pasti ngerti. Namanya anak muda. Iya nggak, Pak Mamat?" ucap Krist sambil melihat ke depan. Pak Mamat cuma mengangguk dan cengar-cengir. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain nyetir dan jadi saksi bisu keduanya kalau berbuat yang iya-iya.

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now