Chapter 27

631 87 11
                                    

Di depan pintu hotel Singto menekan bel berulang kali. Setelah sekian menit menunggu, akhirnya pintu dibuka. Sosok yang berada di dalam terkejut melihat kedatangannya.

"Singto?"

"Nggak usah sok kaget. Aku muak lihatnya," ketus Singto.

Sosok itu tak lain adalah Namtan. Dengan mendaratkan tangannya di dada Singto, Namtan bertanya, "Kamu tau dari mana aku di sini? Sengaja datang ke sini supaya bisa berduaan sama aku, ya?"

Singto menepis kasar tangan Namtan dan menatapnya dingin.

"Aku terpaksa samperin kamu ke sini karena aku mau bilang hal penting sama kamu."

"Apa? Kamu udah putus sama Krist?" tebak Namtan sambil tersenyum lebar.

"Berhenti ganggu hidup aku sama Krist. Kalau kamu masih berani ganggu, kamu tau akibatnya. Aku nggak main-main," kecam Singto.

Bukannya takut Namtan malah tertawa lepas. Singto mengepal tangannya mencoba menahan amarah yang mulai tersulut karena respons Namtan.

"Kamu suka nuduh aja. Kata siapa aku ganggu hidup kamu sama Krist?"

"Kamu, kan, yang ngasih tau Joss soal keberadaan Apple? Makanya Apple balik ke sini. Satu-satunya orang yang cukup gila melacak keberadaan Apple selain Joss, ya, kamu," jawab Singto.

Namtan tertawa lagi. Singto geram dibuatnya. Tidak tahan dengan tawa yang sulit dimengerti maksudnya, Singto memukul pintu kamar hotel sampai Namtan terlonjak kaget.

"Aku nggak main-main, Namtan. Kalau kamu anggap ini bercanda, kamu salah. Aku udah tau semua kebusukan kamu jadi nggak perlu merasa diri kamu paling teraniaya," tegas Singto makin geram.

"Iya. Aku yang kasih tau supaya kalian putus!"

Singto berdecak kasar.

"Tolong berhenti ganggu hidup aku. Ini terakhir kalinya aku bilang, Nam. Aku capek. Aku pikir kamu udah berubah setelah aku mengirim Apple ke luar negeri tapi nyatanya nggak. Kamu bahkan nggak terima aku mau menikah sama Krist. Tolong, jangan berulah lagi. Aku udah nggak ada rasa apa-apa sama kamu. Perasaan itu udah hilang sejak kamu memilih Off."

"Aku nggak yakin kamu udah melupakan perasaan itu. Aku kenal kamu, Sing. Aku tau..."

Singto menyela, "Kamu nggak tau aku. Kalau kamu tau udah seharusnya kamu takut kalau aku datang secara langsung minta kamu berhenti ngusik hidup aku."

Namtan tertawa untuk kesekian kalinya, lalu dia memegang kedua sisi pundak Singto. Mengubah tawanya menjadi tatapan tajam, Namtan mencengkram lebih erat pundak Singto.

"Bilang sama aku apa kurangnya aku. Bilang, Singto! Apa sih hebatnya Krist dibandingkan aku? Apa? Sampe kamu lebih milih laki-laki kaya dia?!"

"Krist lebih apa adanya dibandingkan kamu."

Namtan menggoncang tubuh Singto kuat-kuat, yang akhirnya membuat Singto jengah dan menyingkirkan kedua tangannya dengan kasar. Tapi, Namtan melakukannya lagi.

"Aku nggak akan pernah rela kamu sama siapa pun selain aku! Nggak akan pernah!"

"Kamu sakit."

Namtan menarik kedua tangannya. Ada senyum miring yang tercetak di wajahnya.

"Aku akan tunjukkin apa itu sakit yang sebenarnya."

Lalu, Namtan berbalik badan dan mengambil pisau yang ada di atas meja kamar hotel. Namtan sengaja membawanya untuk mengupas buah yang dibelinya di supermarket.

"Aku nggak bisa hidup kayak gini. Aku mau kita kembali, Sing. Aku nggak bisa."

Berakhirnya kalimat itu Namtan mulai mendekatkan pisaunya ke dekat nadinya. Singto yang ikut masuk ke dalam kamar Namtan, berhasil menghalau niat Namtan. Singto menahan tangan Namtan, bahkan sampai menggenggam bilah pisau itu hingga tangannya berdarah. Namtan menggunakan tenaga dalamnya untuk menarik pisau yang melukai telapak tangan Singto, tetapi gagal karena Singto lebih kuat dan berhasil membuang pisaunya ke dalam tempat sampah.

The Devil's Secrets [Tamat]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon