Chapter 37

633 77 6
                                    

"Kit! Gimana sih lo!"

Krist yang sedang duduk menikmati popcorn sambil menonton tv serial barat langsung mengernyit bingung. Tidak ada angin tidak ada hujan New datang menerobos pintu rumah Singto dan mengomel. Kalau saja dia sudah ke New York, New pasti tidak akan datang seenaknya. Ya, anggap saja ini terakhir sebelum dirinya menjauh dari New.

"Gimana apanya?"

"Te! Dia tuh nyebelin banget. Aduh... dasar playboy karet!" dengkus New kesal.

Krist semakin mengerutkan kening. Sejak perkenalan waktu itu New dan Tay semakin dekat dan kencan beberapa kali mencari kecocokan. Dia merasa bangga sudah menjadi mak comblang dadakan New dan Tay, tentu saja berkat Singto juga.

"Masa tadi ya pas lagi nge-date untuk kesekian kali, ada perempuan yang nyamperin meja gue. Dia nyentuh bahu dan ngomongnya tuh akrab banget. Mana mereka cipika-cipiki lagi," cerita New.

"Terus?"

"Nabrak! Ya, terus gue cabut!"

"Pulang maksud lo? Ninggalin Tay gitu?"

"Iya!"

Krist memutar bola matanya. "Ngapain lo balik? Emangnya lo udah tanya siapa perempuan itu? Tay jelasin sesuatu nggak?"

"Te telepon terus tapi gue reject. Terus dia kirim pesan Whatsapp dan dia bilang itu mantannya Pond. Tapi gue nggak percaya," tambah New.

Krist geleng-geleng kepala. Dengan jahilnya dia melempar beberapa popcorn ke arah New. Entah sahabatnya sedang kesal atau lapar karena New memungut popcorn yang jatuh di lantai dan mengunyahnya tanpa peduli soal kuman yang menempel.

"Benar-benar, ya, lo paling pinter nasihatin orang, tapi dipraktekin ke diri sendiri malah nggak bisa. Lo bisa sok bijak nasihatin gue tapi nyatanya lo nggak bisa kayak apa yang lo bilang ke gue. Ibarat kata lo jualan shampoo terus waktu ditanya lo udah pakai shampoonya belum, lo jawab belum," ucap Krist.

"Seperti yang lo bilang ke gue dulu, kenapa nggak coba dengarin penjelasan dia? Tay udah tobat. Itu sih yang Singto bilang."

"Tobat dari Cikini! Mana ada! Buktinya tadi..."

"Ternyata kamu sama Krist sebelas dua belas," sela Singto yang baru turun.

Melihat ada tanda-tanda akan protes dari New, dia melanjutkan, "Tay hubungin saya tadi. Dia jelasin kejadian di restoran."

"Ah, susah deh kalau ngomong sama Nyuwi. Dia cuma pinter ngomentarin orang, tapi terapin ke diri sendiri susahnya minta ampun," serobot Krist sambil melahap kembali popcornnya.

"Yang kamu temuin di restoran itu namanya Prim. Dia mantannya Pond. Prim emang suka jalan bareng sama Tay. Tapi mereka nggak ada hubungan apa-apa."

Singto duduk di samping Krist dan melahap popcorn dari toples yang dipegang Krist.

"Gue mau kasih tau lo satu hal, nih, Nyu."

"Apaan?"

"Lo, kan, bukan siapa-siapanya Tay. Jadian aja belum. Ngapain marah kalau dia mau akrab atau mesra sama orang lain?"

Ucapan Krist seolah membenturkan kepalanya ke tembok. New baru sadar kalau dia sama Tay belum punya hubungan khusus. Baru kencan-kencan manja berulang kali. Ya, Tuhan... mungkinkah ini pertanda dirinya naksir berat sama Tay?

"Ini sih fix banget lo naksir sama dia," ceplos Krist sembari menyenggol bahu Singto.

"Iya nggak, Pak?"

Lalu Singto manggut-manggut setuju.

"Ih, apaan. Gue nggak..."

"Kalau ngelak gue sumpahin jomlo seumur hidup lo, Nyuwi!" sela Krist lebih dulu.

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now