Chapter 29

626 90 11
                                    

Sinar matahari masuk melalui celah jendela. Krist baru saja membuka kelopak matanya. Saat matanya terbuka dia melihat Singto di sampingnya. Bukan tertidur, laki-laki itu memandanginya entah sejak kapan.

"Pak Singto nggak tidur?"

"Tidur. Saya baru bangun lima belas menit lalu. Kamu butuh sesuatu?"

Sejujurnya Singto tidak tidur. Dia terjaga semalaman hanya untuk memastikan Krist baik-baik saja. Takutnya kalau dia tidur sementara Krist membutuhkan sesuatu, dia sulit bangun saat Krist membangunkannya.

Krist menggeleng pelan.

"Kalau gitu saya mau keluar dulu beli makanan. Kalau kamu butuh apa-apa panggil dokter atau telepon saya. Oke?" pamit Singto.

Singto mendekati ranjang lantas mengusap kepala Krist seperti semalam. Awalnya dia ragu karena takut Krist akan menepis tangannya seperti semalam tapi akhirnya ketika dia mendaratkan tangannya, Krist tak menolak sama sekali.

"Sebentar, ya. Janji nggak akan lama."

Baru berbalik badan Krist menangkal lengan Singto sehingga mau tidak mau Singto kembali menghadap Krist dengan tatapan ingin tahu.

"Kenapa? Kamu mau nitip sesuatu?"

Teringat soal pembicaraan Earth dan Tay semalam raut wajah Krist menunjukkan rasa bersalahnya.

"Saya udah tau cerita tentang Apple. Kenapa harus nunda ceritain hal itu? Kenapa nggak bilang Pak Singto bantuin dia supaya terbebas dari mantan suaminya?"

Singto tidak perlu bertanya siapa yang bermulut ember. Kedatangan Earth dan Tay semalam sudah mengingatkannya akan mulut yang tidak bisa dikunci seperti Pond dan Tew.

"Karena saya nggak mau ceritain hal rumit saat kamu sakit. Kamu masih butuh istirahat," jawab Singto.

"Tapi saya baik-baik aja."

Singto menurunkan tangan Krist dari lengannya kemudian menggenggamnya erat.

"Iya, sekarang. Waktu kamu sekarat kamu nggak baik-baik aja. Saya hampir aja kehilangan kamu kalau nggak cepat bawa kamu ke sini." Krist baru tahu Singto yang membawanya kemari. Dia pikir Knot atau Prem yang membawanya ke rumah sakit.

"Saya udah cukup menderita kehilangan kamu dari pelukan saya. Jadi saya nggak mau kehilangan kamu lagi. Apalagi dengan cara ditinggalin di dunia ini sendirian," ucap Singto lirih.

Selama Singto mengatakan kalimatnya, Krist yang menatap matanya tiba-tiba menitikkan air mata. Rasanya dia teramat bodoh membiarkan dirinya larut dalam keegoisan. Seharusnya dia membiarkan Singto menjelaskan semuanya lebih dulu.

"Saya minta maaf."

Kening Singto berkerut samar. Ada kebingungan yang muncul di wajahnya.

"Minta maaf? Untuk apa?"

"Untuk semua keegoisan saya."

Singto maju selangkah lantas duduk di pinggir ranjang seraya mengusap air mata Krist yang jatuh di pipinya.

"Kamu nggak salah. Saya yang salah. Saya minta maaf udah menutupi banyak hal dari kamu."

"Pak Singto nggak salah. Saya yang terlalu cepat mengambil keputusan. Saya..."
Krist tidak sanggup melanjutkan kalimat selanjutnya. Tangisnya menguasai diri hingga isak tangisnya terdengar.

Singto menarik Krist ke dalam pelukannya. Sambil mengusap punggung pujaannya, Singto berbisik, "Jangan minta maaf lagi. Semua ini salah saya jadi berhenti menyalahkan diri kamu. Maaf saya belum bisa jadi pacar yang baik untuk kamu sebelumnya. Kamu pasti terluka karena saya."

Tangis semakin pecah. Ya, Tuhan... ketemu laki-laki seperti Singto di mana lagi? Laki-laki itu membuat hatinya sedih dan memperbesar rasa bersalahnya setelah mendengar bisikan itu. Krist yakin Singto pasti sama terlukanya.

"Saya mencintai kamu lebih dari yang kamu tau, Krist. Jangan pernah meragukan keseriusan dan ketulusan saya. Kamu itu kayak obat yang berhasil mengembalikan semangat hidup saya," bisik Singto.

"Kalau gitu jangan sembunyiin apa pun lagi. Saya mau jadi yang pertama tau akan semua cerita yang Pak Singto punya. Mau masa lalu atau masa sekarang."

Singto menarik diri. Lalu setelahnya mengusap pipi Krist dengan ibu jarinya dan menatap lekat kedua mata Krist.

"Mulai sekarang saya janji akan kasih tau semua hal sama kamu. Apa pun itu. Saya nggak akan bikin kamu nunggu saya cerita. Saya akan ceritain semuanya kalau perlu ngasih tau warna kesukaan saya."

"Kayak gitu kek dari kemarin, Pak. Jadinya saya nggak harus pakai acara drama marah-marah kayak ABG. Bikin keki hati tau!"

Krist mengerucutkan bibirnya, menciptakan wajah menggemaskan yang disukai Singto. Melihat kegemasan itu Singto mencubit bibir Krist kemudian mencubit pipinya pelan. Sebelum Krist semakin cemberut, Singto memindahkan tangannya pada tangan Krist dan kembali menggenggamnya.

"Kasih saya kesempatan untuk memulai semua dari awal dengan kamu. Mungkin ini permintaan yang nggak bisa kamu jawab buru-buru karena saya tau kamu pasti butuh waktu untuk mempercayai saya lagi. Tapi saya harap kamu..."

Mata Singto melebar ketika bibirnya tertahan dengan bibir Krist. Walau hanya sekian detik hal ini cukup mengagetkannya. Setelah menarik bibirnya Krist menampilkan senyum yang sulit dimengerti oleh Singto.

"Saya bersedia kasih kesempatan untuk Pak Singto. Nggak boleh ada rahasia lagi. Kalau ada, siap-siap saya ngambek sebulan," ucapnya masih mempertahankan senyum.

Ada perasaan bahagia yang sulit dijelaskan Singto. Jantungnya seperti ingin melompat keluar. Krist benar-benar penuh dengan kejutan dan tidak pernah bisa ditebak olehnya.

"Nggak akan. Diputusin kamu kayak ditinggalin di planet antah berantah. Pokoknya cukup kemarin aja saya sebodoh itu," balas Singto seraya menarik pinggang Krist dan memeluknya erat.

Sambil tersenyum lebar Singto menciumi seluruh wajah Krist. "Kamu milik saya. Awas aja si Danai suapin kamu lagi. Saya cincang dia."

Krist terkekeh. Kemudian tangannya melingkar di leher Singto dan menatapnya penuh cinta.

"Cium dong, Pak."

Lalu, dia mengatup bibirnya menyadari mulut bitch-nya ini bertindak seenaknya. Sial nih mulut! Bikin malu aja. Tengsin dong!

"Eh, nggak, Pak. Maksudnya tuh nggak gini."

Sayangnya Singto sudah terlanjur menganggap permintaan Krist serius. Lalu, sebelum bibirnya mendarat Singto berkata, "As your wish, Kitman."

Bibir keduanya bertemu. Mereka saling melepas rindu setelah banyaknya salah paham dan keegoisan yang datang menghancurkan hubungan mereka. Namun kini, hubungan itu sudah merekat kembali.

.

.

.

-End-
Tgr, 5 November 2021.

.

.

.

Hai semuanya...
Chapter 29 resmi berlayar.

Hore!! Akhirnya bisa liat Pak Singtar sama Kitman pacaran lagi🦁🐢💛

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hore!! Akhirnya bisa liat Pak Singtar sama Kitman pacaran lagi🦁🐢💛

See you di Chapter selanjutnya~

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now