Chapter 33

594 77 18
                                    

Laki-laki itu memicingkan matanya supaya tidak salah melihat. Dengan senyum yang mulai mengembang laki-laki itu menyapa.

"Krist Perawat? Benar Krist, kan?"

"Iya, betul."

"Ya ampun... saya nggak nyangka ketemu kamu di sini."

Laki-laki itu memeluk Krist dengan erat. Singto yang mengamatinya langsung emosi. Baru akan berdeham laki-laki itu sudah melepas pelukannya, lalu memegang kedua sisi pundak Krist dengan senyum lebar.

"Saya kangen sama kamu, Krist," ucap laki-laki itu.

Krist menyadari tatapan Singto padanya. Dengan cepat dia menyingkirkan tangan laki-laki di depannya. Sesegera mungkin Krist menarik Wave menjauh dari sana sebelum keadaan memanas. Singto mengamati setiap gerak tubuh Krist saat bicara dengan laki-laki itu. Ada perasaan tidak enak saat menyadari tatapan laki-laki itu kepada Krist.

Entah apa maksud tatapan itu karena terlihat berbeda seperti keduanya pernah ada hubungan khusus di masa lalu. Siapa sebenarnya laki-laki itu? Kenapa Krist tidak mengenalkan dirinya pada laki-laki itu? Apa yang sebenarnya Krist sembunyikan darinya? Apple menepuk pelan punggung tangan Singto yang berada di atas meja.

"Be positive, Sing."

"Be positive? I can't. Kenapa dia nggak kenalin aku sama laki-laki itu? Kenapa harus menjauh segala?"

"Kamu bisa tanya itu nanti sama Krist. Yang penting sekarang sabar dan tahan diri. Jangan dibawa emosi dulu, Sing. Di balik kalimat tadi pasti ada penjelasannya." Apple mencoba menenangkan.

Singto hanya mengangguk sambil terus memandangi Krist yang berbincang dengan laki-laki itu. Beberapa menit kemudian Krist menghilang dari pandangan entah pergi ke mana. Singto bangun dari tempat duduknya, lalu beranjak pergi dari sana mencari keberadaan Krist. Tak disangka-sangka Krist berbincang dengan laki-laki itu di halaman belakang tea house. Singto bersembunyi di balik tembok yang tak jauh dari tempat keduanya mengobrol.

"Kok Wave masih ingat muka aku?" tanya Krist terheran-heran.

Wave terkekeh pelan.

"Masa saya lupa sama kamu. Kita buat tato yang sama. Belum kamu hapus, kan, tatonya?"

Lalu, Wave menaikkan tangannya, menunjukkan pergelangan tangan yang menampilkan tato yang terukir di sana. Krist spontan menaikkan tangannya ikut menunjukkan letak yang sama seperti tato yang dimiliki laki-laki itu. Tato mereka hanya dua kata yang sama yakni; TF.

"Saya kangen banget sama kamu, Krist. Setelah kamu pergi ninggalin rumah saya rasanya sepi," ujar Wave masih mempertahankan senyumnya.

Krist membersihkan tenggorokkannya yang mendadak kering. Melihat laki-laki itu membuat kepanikan dalam dirinya muncul.

"Kamu bisa aja. Padahal di rumah kan ada Chiko sama Dino."

"Tapi nggak bisa seramai kalau ada kamu. Saya bersyukur akhirnya bisa ketemu lagi sama kamu. Untung aja balik ke Bangkok. Ternyata ketemu di restoran ini," kata Wave.

"Kamu sendirian? Nggak bawa pacar?"

"Saya masih nungguin kamu bahkan setelah kamu hilang tanpa kabar lima tahun ini. Kamu janji akan menikah dengan saya setelah umur kamu genap 28 tahun. Tapi kamu nggak pernah berkabar. Apa ini karena kamu nggak bisa menepati janji kamu?"

Krist mati kutu. Bibirnya bergerak tapi tak juga mengeluarkan suara.

"Nggak perlu dijawab. Saya tau kamu masih kaget lihat saya di sini. Pokoknya saya senang akhirnya bisa ketemu kamu."

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now