Chapter 9

797 94 13
                                    

Ringisan kecil keluar dari mulut Krist saat memaksa kakinya menginjak lantai. Berpegangan pada pegangan tangga, Krist bersusah payah turun sampai ke lantai satu. Ditinggal gebetan jadian sama yang lain rasanya lebih mending daripada jalan terpincang-pincang.

Hari ini Krist sudah izin tidak masuk kerja karena harus mengistirahatkan kakinya yang ngambek. Tepat pada saat kakinya berpijak di lantai bawah, ada suara ketukan pintu. Krist menarik senyum lebar seolah tahu siapa yang datang.

"Aduh, Mike aku kan.." Kalimat Krist menggantung sesaat menyadari sosok di balik pintu adalah Singto, bukan Mike.

"Eh... Pak Singtar."

"Mike? Laki-laki yang nganter kamu pulang kemarin malam namanya Mike?"

Krist menggaruk kepala yang tidak gatal sama sekali. Aduh, sial! Kenapa dia harus menyebutkan nama Mike segala? Seharusnya dia tidak berkata apa-apa sebelum melihat dengan benar siapa yang mengetuk pintu. Tunggu, bagaimana Singto tahu dia diantar pulang lelaki lain?

"Kayaknya peringatan saya kemarin nggak didenger sama kamu. Kemarin kamu bilang pulang bareng sahabat kamu tapi nyatanya dianter lelaki lain. Saya nggak suka." Singto maju selangkah, memaksa Krist mundur hingga masuk ke dalam rumah.
Setelahnya, Singto menutup pintu, mengunci pintunya, dan memandangi Krist yang cuma nyengir.

"Saya cemburu banget. Kamu tau kan kalo saya cemburu tandanya apa?"

"Kita pacaran," jawab Krist.

"Yup. Kita pacaran." Menyadari jawaban spontannya Krist buru-buru meralat, "Eh, nggak, Pak. Maksudnya tuh."

"Nggak bisa ditarik lagi. Kamu pacar saya sekarang."

WHAT THE HELL??! Krist memutar otak berusaha mengembalikan nalarnya sampai ucapan Singto benar-benar terasa ga masuk akal. Bagaimana bisa dia pacaran dengan Singto semudah jemur pakaian? Bahkan cari celana dalam yang pas lebih mudah dari status yang disandangnya sekarang.

"Bapak tuh ngebet banget ya pacaran sama saya? Mentang-mentang saya ganteng, tapi caranya nggak gini." Krist dengan pede tingkat dewa mencoba mengakali agar kalimat 'pacaran' itu tidak jadi nyata. Meski sebenarnya dia tidak menolak diajak pacaran sama Singto, tapi tetap saja mereka butuh pedekate dan segala tetek bengek sebelum tahap itu bukan?

"Kayaknya ada yang ngomong tapi nggak kelihatan." Singto melengos, lalu meninggalkan Krist duduk di sofa.

"Kamu mau berdiri aja di sana? Duduk biar nggak makin tinggi." Krist tercengang. Apa Singto baru saja bersikap seolah-olah rumah ini miliknya?

"Pak, ini rumah saya. Kenapa Bapak belagak jadi tuan rumahnya?"

"Bentar lagi saya jadi tuan rumah di sini. Soalnya mau nikah sama kamu."

"Pak tadi makan apa sih? Dateng-dateng udah kayak orang kesurupan. Saya curiga jangan-jangan Bapak tuh habis..."

"Kamu mau ngedumel terus sampai malam? Mending juga buatin saya kopi. Calon suami kamu haus," potong Singto santai.

"Buat sendiri aja, Pak. Katanya calon tuan rumah." Krist hendak meninggalkan Singto, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar ketukan pintu.

Dengan langkah pelan akhirnya Krist membukakan pintu dan terbelalak kaget melihat Mike bertengger di depan pintunya.

"Eh, Mike. Kamu."

"Siapa, Sayang? Tukang ojek nganter makanan?" Singto meninggikan nada bicaranya sampai terdengar di telinga Krist.
Mike menatap bingung.

"Ada orang di dalam, Krist? Pacar kamu?"

"Bukan, itu.." Entah pakai gerakan lari versi ninja Naruto, atau versi ninja Hattori karena Singto sudah berdiri di samping Krist.

The Devil's Secrets [Tamat]Where stories live. Discover now