00: Kirana Rosetta

43.1K 2.5K 10
                                    

"Kalian yakin udah riset tentang pola promosi apa yang disukai orang-orang?"

Padahal nada bicaranya santai. Namun terkesan dingin dan tegas. Belum lagi mata milik seorang wanita yang sedang berdiri berkacak pinggang itu seolah menatap tajam lawan bicaranya.

"Hmm..." hanya gumaman yang wanita itu dapat dari salah satu anggota tim yang dipimpinnya.

"Cari tau sekarang." Tutur wanita berambut panjang yang selalu ia ikat itu. Nada bicaranya tidak meninggi sama sekali, namun penuh penekanan dan terkesan sangat mengintimidasi.

Anggota tim sebanyak lima orang itu pun langsung pamit. Pergi meninggalkan ruang rapat dengan terburu-buru. Seolah takut dengan sosok wanita yang dikenal dengan nama Mbak Kirana.

Kirana, wanita dua puluh sembilan tahun itu sangat perfeksionis dalam pekerjaannya. Ia adalah Manajer Promosi di sebuah agensi yang menaungi banyak artis ternama berprestasi di dalam negeri.

"Padahal mereka itu leader untuk tim kecil. Tapi gitu aja payah," gerutu Kirana sambil membereskan barang-barangnya di atas meja rapat.

Wanita itu pun kemudian kembali ke ruangannya. Ia harus merapikan berkas sebelum pulang.

Terkadang, memang Kirana tampak bagai seorang penggila kerja. Ia tidak keberatan lembur hanya untuk memastikan pekerjaannya berjalan baik dan sempurna. Meski sebenarnya ia akan berubah menjadi orang paling malas saat tiba di rumah.

Kali ini, wanita itu ingin segera pulang. Otaknya sudah terlalu panas, lalu tubuhnya juga pegal-pegal.

Seminggu ini Kirana kurang tidur karena mengurusi kembalinya salah seorang penyanyi andalan perusahaan.

"Mbak Kirana," seseorang melongokkan kepalanya dari balik pintu ruangan.

"Ya?"

"Ditunggu Pak Juan di ruangannya," lanjut pemuda yang Kirana kenal sebagai Sekretaris CEO alias Pak Juan itu.

"Oh iya. Sebentar lagi saya kesana."

Ya, meski sudah jam pulang kantor, bos besar selalu memanggil Kirana untuk menghadap.

Ada-ada saja.

Wanita itu pun bergegas pergi. Ia sendirian, sebab Sekretaris CEO sudah pergi lebih dulu.

Ting!

Suara dentingan itu pertanda pintu lift terbuka. Kirana segera masuk. Ia sendirian di dalam lift, sebab pegawai lain banyak yang sudah pulang.

Ia menekan tombol dengan angka 10. Lantai tertinggi gedung kantor agensi tersebut.

Seperti biasa, selama menunggu lift tiba di lantai tujuan, Kirana mengecek ponsel. Ada banyak pesan elektronik yang masuk dan belum ia tanggapi.

Bruk!

Suara itu seketika terdengar jelas. Kirana bisa merasakan lift berhenti berjalan naik.

Tiba-tiba...

"Aaarrghh!" Jerit Kirana.

Wanita itu jelas tahu bahwa lift yang ia naiki kini terjun bebas dengan cepat.

"Ini akhir hidup gue?"

Ia berjongkok sambil memegang kepalanya agar terlindungi.

Bam!

Lalu dentuman itu seketika membuat telinga Kirana berdengung hebat. Tubuhnya terasa sakit dan napas wanita itu tercekat.

Pandangan matanya memburam hingga lama-lama semua berubah menjadi kelam.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Different (Complete ✓)Where stories live. Discover now