02. Kirana's Theory

25.3K 2.3K 54
                                    

Pasrah.

Begitulah yang bisa Kirana lakukan ketika ia menjalani berbagai tes untuk mengecek keadaannya. Orang-orang mengira ia amnesia sebab melupakan banyak hal, termasuk si tampan yang selalu ada di sampingnya sejak Kirana membuka mata. 

Serangkaian tes yang ternyata melelahkan itu berakhir. Wanita itu pun kembali ke ruang perawatan. Sementara si tampan masih di luar bersama dokter. Entah apa yang mereka bicarakan. Kirana tidak peduli.

Saat ini yang ia pedulikan hanyalah bagaimana progress dari pekerjaannya yang sudah hampir masa tenggat. Ia tidak mau profesionalitasnya tercoreng hanya karena terlibat kecelekaan. Toh, wanita itu juga sudah merasa baik-baik saja. Ia bisa berjalan keliling kamar yang cukup luas tersebut. 

Matanya mengedar ke penjuru ruangan. Kemudian terpaku pada sebuah papan informasi data pasien di bagian kaki kasur.

Keningnya kembali mengerut. Ia membaca deretan huruf tersebut dengan seksama. 

Kiara Chrysantia.

Begitulah nama pasien yang tertulis. 

Tapi namanya bukan Kiara, melainkan Kirana. Bagaimana itu bisa terjadi? 

Apa jangan-jangan?

Wanita itu berlari kecil menuju toilet. Ia menatap pantulan dirinya dalam cermin. Wajah itu, memang benar wajahnya. Tapi mungkin rambutnya lebih panjang saja sekarang ini. Mungkin karena ia sempat tidak sadarkan diri selama beberapa waktu. 

Tubuh Kirana semakin mendekati kaca. Benar, itu memang wajah serta tubuhnya. Bahkan wanita itu mengangkat sedikit baju pasiennya. Memeriksa bekas luka kecil akibat operasi usus buntu yang ia jalani empat tahun lalu. 

Lagi, keningnya berkerut. Seingat Kirana, luka sayatannya cukup kecil. Tidak besar melintang seperti yang tampak sekarang ini. 

Apa karena kecelakaan lalu ada luka baru? 

Tidak-tidak, itu adalah luka yang sudah lama. 

Ia pun menggigit bibir bawahnya hingga terbersit sebuah pemikiran. 

"Gue lagi koma dan sekarang ini mimpi. Iya betul, mimpi lebih masuk akal untuk jadi alasan. Jadi sekarang gue harus bangun. Tapi gimana caranya?" 

Ia berdiri sambil melipat tangan di dada. Otaknya berpikir keras untuk bisa bangun dari mimpi ini secepatnya. 

"Aha!" Seru wanita itu. 

Kakinya melangkah keluar kamar mandi. Kemudian tatapan matanya tertuju pada jendela kamar rawat yang tertutup. Ia berjalan pelan, kemudian memeriksa jendela tersebut. 

"Sempurna," bisiknya pada diri sendiri. 

Kamar itu terletak cukup tinggi. Mungkin ada di lantai empat. Jika Kirana lompat sekarang juga, makan wanita itu pasti akan terbangun dari komanya. Seperti saat sedang tidur lalu bermimpi jatuh dari ketinggian. Pastinya kita akan langsung terbangun karena kaget bukan?

Perlahan ia membuka jendela. Angin semilir pun menerpa wajah jelita wanita itu. Ia menguatkan tekad dan menaikkan satu kaki ke atas kusen jendela. Sebelum... 

"Beb!" 

Tubuh Kirana terasa seperti ditarik dari belakang. Kemudian rengkuhan hangat menyentuh tubuh wanita itu. 

"Please, maafin aku. Jangan kayak gini," ucap pria asing nan tampan tersebut.

Jujur, Kirana sendiri bingung apa salah si pria. Ia tidak tahu sama sekali. Dalam pikirannya, Kirana hanya ingin kembali. Bangun dan menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas. Ia mau profesionalitasnya terselamatkan. Itu saja. 

Different (Complete ✓)Where stories live. Discover now