03. Something Impossible, But Possible

23.1K 2.1K 30
                                    

Meski ini mimpi menurut Kirana, tapi emosinya tetap saja sama seperti sebelumnya. Apalagi begitu pagi tiba dan Saka membawa Kirana ke psikiater.

Ia banyak ditanyai, namun dijawab asal saja. Apalagi jika itu menyangkut tentang diri seorang Kiara. Ya mana Kirana tahu.

Hingga dokter menyimpulkan bahwa Kiara alias Kirana punya dua kepribadian berbeda.

What the hell!

Jadi maksudnya Kirana adalah Kiara juga?

Sangat tidak mungkin. Jelas sekali ketidakmungkinan itu. Apalagi ketika sadar bahwa dirinya berada jauh dari ibu kota.

Iya, Kirana saat ini ada di Pulau Lombok. Coba lihat peta, seberapa jauh itu dari Jakarta. Sementara selama ini Kirana tidak pernah tinggal di luar ibu kota. Terlebih pekerjaannya memang di kota tersebut.

Aneh bukan?

Lantas kalau bukan mimpi, ini apa?

Iya, dia bertahan dalam teori mimpi. Kepala Kirana mungkin sedang membangun sebuah cerita yang dikendalikan oleh alam bawah sadarnya.

"Kamu istirahat di rumah aja kalau begitu. Tapi nanti jangan bersikap aneh di depan Javas," pesan Saka.

Pria itu membukakan pintu mobil. Kemudian menaruh telapak tangannya di kepala Kirana agar tidak terbentur atap.

So sweet?

Bisa dibilang begitu. Baru kali ini Kirana mendapat perlakuan seperti yang Saka lakukan. Bahkan ketika merapikan barang-barang pun dikerjakan sendiri oleh pria tersebut.

"Saka. Kamu tuh pacar Kiara ya?" Tanya wanita tersebut.

Mungkin bagi Saka terdengar aneh, sebab pertanyaan itu seolah Kiara adalah orang lain.

Well, bagi Kirana memang orang lain yang benar-benar tidak dikenalinya.

"Kalau menurut kamu apa?"

"Iya pacar. Soalnya suka manggil bab beb bob, geli."

Pria itu terkekeh. Ia tetap fokus menyetir, tapi menyimak ocehan Kirana.

Tin!

Mobil yang ditumpangi dua orang itu mengerem mendadak akibat seorang pengemudi motor yang berkendara sembarangan, memotong jalan mobil Saka yang melaju dengan kecepatan sedang.

"Dasar bego!" Rutuk Kirana. "Dikira jalan punya nenek moyang dia doang?" Wanita itu misuh-misuh.

Mobil masih diam, karena sopirnya malah menatap Kirana dengan pandangan aneh.

"Kamu..." ucapannya menggantung. Kemudian menggeleng dan kembali melajukan mobil sebelum kendaraan lain di belakang mereka protes.

Sepanjang jalan, Kirana memerhatikan sekitar. Jalanan kota di pulau ini sangat berbeda dari ibu kota.

Tidak ada gedung pencakar langit, tidak ada angkutan umum memenuhi jalan, dan tidak ada jalan layang.

Suasananya ramai, tapi tidak bisa dibilang padat. Untuk ukuran Kirana, jalanan termasuk lancar terkendali.

Mobil Fortuner hitam itu terus melewati jalanan ramai, pertokoan, lalu masuk ke daerah penuh sawah.

Warna hijau dari padi yang ditanam, berpadu sempurna dengan perbukitan di depan sana. Matanya seketika menjadi jauh lebih segar.

Kali ini, mobil itu masuk ke jalanan yang mirip di desa-desa. Kirana beberapa kali pernah melewati jalanan desa yang mulus untuk melakukan shooting promosi beberapa artis di agensi tempatnya bekerja.

Different (Complete ✓)Where stories live. Discover now