Kiara & Saka: Bagian 7

512 66 23
                                    

Bagian 7: Status Baru

Semesta seolah merestui. Jalan Saka meminang Kiara berjalan lancar. Meski sang ibu tiri jelas tidak suka, tapi ayah tampaknya menerima Kiara dan keluarganya dengan baik. 

Dua pekan setelah lamaran resmi, Saka dan Kiara pun menikah dengan gelaran acara sederhana. Akad nikah dilakukan di masjid dekat panti asuhan. Setelahnya, keluarga besar mengadakan makan bersama bersama anak-anak di panti asuhan. 

Di Sabtu siang itu, panti menjadi semakin semarak. Anak-anak senang bisa makan enak. Mereka juga dibebaskan memakan camilan yang sudah disiapkan.

Beberapa anggota keluarga besar dari pihak Kiara dan Saka menikmati acara sederhana ini. Senang juga, bisa melihat kebahagiaan sederhana anak-anak panti. 

"Jadi, begini pilihan kamu. Nggak jelas asal-asulnya." Ibu berbisik pada Saka yang sedang mengambilkan salah seorang anak panti puding coklat. 

Lelaki itu menoleh, tatapan tidak suka dengan jelas ia perlihatkan pada sang ibu tiri. "Asal-usul Kiara lebih jelas daripada Anda." 

Lalu, ia menjauh. Saka tidak ingin meluapkan emosi di acara pesta pernikahannya sendiri.

Di bagian lain lingkungan panti, Kiara duduk sambil sibuk memasukkan beberapa barang ke dalam kardus. Iya, gadis itu akan tinggal di salah satu rumah milik ayahnya Saka.

"Pengantin kok ngelamun," cibir Mbak Ratna. 

Kakak tertua Kiara itu masuk ke dalam kamar, lalu duduk di tepi ranjang. Sementara Kiara melanjutkan kegiatannya memilih barang-barang yang akan ia bawa pindah.

"Bukan ngelamun, tapi lagi mikir apa yang bisa dibawa." Gadis itu mengelak.

Kepala Mbak Ratna mengangguk. Ia tersenyum kecil setelahnya. 

"Baik-baik ya, sama Saka. Kalau ada masalah, bicarakan dan cari solusinya." Mbak Ratna berpesan.

"Iya, Mbak." 

"I…h, adik aku udah gede. Sekarang udah jadi istri orang." Si sulung itu jadi gemas sendiri. 

Kiara jadi ingat masa kecilnya bersama Mbak Ratna. Mereka selalu bermain bersama. Sebagai kakak, Mbak Ratna juga sangat menyayangi dan melindungi Kiara. 

"Ditunggu sama Mas Suami tuh. Mau diajak pulang ke rumah baru." Tiba-tiba Satria muncul di ambang pintu kamar. 

"Sekarang perginya?" Malah Kiara yang tampak tidak rela meninggalkan kamarnya. 

"Iya, sekarang." Malah Saka ikut-ikutan muncul. 

Lelaki itu menyeret koper berisi pakaian Kiara yang sudah siap teronggok di dekat pintu. 

"Aku bawa kardusnya," kata Satria. 

Iya, siang itu juga Kiara secara resmi meninggalkan kamar tidurnya. Rasa sedih sudah pasti. Di kamar itu, ia melakukan banyak hal. Belajar, menggambar, dan menulis diary. 

***

Rumah yang ditempati Kiara dan Saka tidak begitu besar. Halaman depannya habis untuk carport. Di bagian belakang, ada sisa tanah yang menjadi halaman kecil dengan banyak tanaman apotek hidup seperti jahe, kunyit, dan sereh.

Dapurnya terbuka, satu ruangan dengan ruang keluarga dan ruang makan. Sementara ruang tamunya, disekat oleh rak buku besar. Ada dua kamar mandi juga. Satu di dalam kamar utama, satu lagi di dekat dapur. 

Suasana rumahnya cukup sejuk meski tidak memakai AC. Mungkin karena langit-langitnya tinggi. Cat tembok yang didominasi putih juga membuat pencahayaan rumah tersebut cukup baik. 

Different (Complete ✓)Kde žijí příběhy. Začni objevovat