09. Greeting

12.5K 1.2K 8
                                    

Tepat ketika petang menyapa, Saka mengajak Kirana dan juga Javas untuk pergi makan di luar. Berhubung ini hari jumat dan besok libur, lelaki itu tampaknya ingin membuat keluarga kecilnya sedikit lebih santai. Apalagi sejak kemarin suasana di rumah sungguh tidak nyaman, terutama untuk si kecil Javas.

"Boleh makan es krim juga kan, Pa?" Pinta bocah lima tahun itu. Padahal baru saja mereka masuk ke mobil.

Javas duduk di kursi belakang, tepat di belakang Saka yang menjadi pengemudi.

"Tanya mama dong?" Lempar Saka. Ia belum menyalakan mesin mobil. "Gimana ma?"

Kirana tentu saja bingung. Beberapa hari lalu saat Manda datang, ia melarang anaknya makan es krim.

Wanita itu masih berpikir kenapa harus dilarang? Es krim itu enak dan ia sangat suka.

Di apartemennya punya banyak stok es krim dengan berbagai rasa. Jika libur bekerja, Kirana biasa menghabiskan waktu di apartemen sambil maraton nonton serial barat ditemani es krimnya.

"Boleh," ucap Kirana akhirnya. Javas tidak boleh melewatkan kelezatan es krim.

"Hore!" Sorak bocah itu. Ia tampak girang.

Sementara itu Saka tersenyum kecil dan mulai menjalankan mobilnya ke tempat makan yang entah itu di mana.

Sejak dari rumah sakit, Kirana sama sekali belum pernah keluar rumah. Sudah hampir seminggu dan rasanya menyesakkan juga.

Sebenarnya sejak beberapa hari lalu, ia ingin pergi sendirian berkeliling kota. Tapi bingung tujuannya kemana. Ia asing di daerah tersebut.

Mobil kini melaju di jalanan mulus. Meninggalkan jalanan penuh kebun dan sawah dan memasuki wilayah perkotaan yang ramai. Hingga kemudian Saka memutar setirnya untuk masuk ke area parkir sebuah pusat perbelanjaan.

Mata Kirana akhirnya melihat sesuatu yang sangat familiar, mal.

Bahkan ketika berjalan bersisian dengan Saka sambil menggandeng Javas di tengah mereka, mata wanita itu mengedar. Ia cukup terkesan karena meski pulau yang cukup kecil, Lombok punya mal yang lumayan bagus.

"Kita makan apa nih?" Tanya Saka.

"Situ yang ngajak kok malah tanya lagi?" Kirana mengerutkan kening.

Hal yang paling Kirana tidak suka adalah ketika ada yang mengajak tapi ternyata belum pasti. Menyebalkan sekali terjebak dalam situasi itu.

"Sampai sini jadi bingung soalnya, Kia. Banyak pilihan."

Wanita itu mencebik kesal. Ia juga tidak bisa memilihkan karena tidak tahu makanan apa saja yang di jual. Kecuali makanan cepat saji.

"Pa, Javas mau makan bebek goreng," ujar bocah yang sejak tadi hanya mendongak sambil memerhatikan percakapan kedua orangtuanya.

"Oke, makan bebek kalau begitu. Kamu juga suka banget sama bebek kan?" Saka mengalihkan tatapannya dari Javas ke Kirana.

Bebek?

Kirana sangat benci makan bebek. Ia geli jika harus makan salah satu jenis unggas tersebut. Rasanya seperti memakan Donald Bebek, salah satu karakter dongeng yang ia suka.

"Kalian pesan bebek, aku yang lain."

Meski Saka menatapnya heran, namun lelaki itu tidak menanggapi lebih jauh. Ia hanya kembali melangkah, menuntun Kirana dan Javas menuju sebuah restoran yang menjajakan menu aneka masakan bebek.

...

Sungguh geli rasanya Kirana melihat potongan bebek bakar terhidang di atas meja restoran. Saka dan Javas mengeluarkan ekspresi senang. Jika dilihat lagi, keduanya mirip juga.

Different (Complete ✓)Onde histórias criam vida. Descubra agora