04. Who Is Kiara

20.3K 1.7K 40
                                    

Untuk saat ini, Kirana berpikir akan menjalani hidup sebagai Kiara. Hanya sementara sampai ia menemukan cara bisa kembali ke tempatnya semula.

Tapi untuk itu, ia perlu sedikit mengenal tentang Kiara. Maka orang terdekat yang bisa ditanyai adalah Bibi Marni, asisten rumah tangga di rumah Saka dan Kiara.

"Bi," panggil Kirana. "Bisa kasih tau, Kiara itu orangnya gimana?"

Kening bibi mengernyit heran.

"Maksudnya, aku tuh orangnya kayak apa sih menurut bibi." Ralat Kirana. Ia harus lebih berhati-hati lagi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Wanita itu tidak ingin merusak image Kiara karena tingkahnya.

"Ibu Kia baik banget. Nggak pernah kasar kalau ngomong. Terus seratus persen urusan Mas Javas, selalu ditangani sendiri. Ibu Kia juga istri yang bener-bener merawat suami. Maknya Pak Saka selalu kesengsem sama Bu Kia," jelas Bi Marni.

Kepala Kirana mengangguk kecil. Ia bisa menarik kesimpulan bahwa sosok Kiara adalah wanita sesuai standar para mertua.

Ketika hendak kembali bertanya, suara mesin mobil dan langkah kecil berlarian mendekati rumah terdengar.

"Assalamualaikum!" Seruan itu dari Javas. Bocah lima tahun berwajah imut dan juga tampan.

Meski masih kecil, ia bisa dibilang mandiri karena mau berangkat dan pulang dari TK menggunakan kendaraan antar-jemput yang sudah disiapkan sekolah.

Tadi pagi Kirana sempat melihat, tidak banyak anak yang mau menggunakan fasilitas sekolah ini. Padahal ada guru pendamping yang juga ikut menjaga anak-anak di dalam mobil.

"Waalaikumsalam," balas Bi Marni sambil tersenyum menyambut kedatangan bocah itu.

Sementara Kirana hanya tersenyum kecil. Sejatinya, ia bukanlah wanita penyuka anak-anak. Bagi Kirana, anak-anak itu sungguh makhluk kecil nan merepotkan. Hanya bisa mengacau dan bikin pusing saja. Namun ia mana mungkin menunjukkan ketidaksukaaannya pada Javas.

"Ma. Hari ini mama masak apa?" Tanya Javas. Anak itu mendekat, lalu memeluk Kirana yang duduk di meja makan.

Wanita itu menatap Bi Marni. Ia sama sekali tidak bisa masak. Karena sibuk bekerja dan hanya tinggal sendirian saja di apartemen, Kirana lebih memilih beli makanan di luar.

"Hari ini bibi yang masak, Mas. Mama kan masih sakit," jawab Bi Marni, mewakili Kirana.

"Yaaahh... padahal Javas kangen masakan mama. Mama cepet sembuh ya," ujar bocah itu.

Usianya boleh baru lima tahun, tapi sikapnya begitu manis bak orang dewasa. Tidak ada tanda-tanda bahwa Javas berada dalam lingkaran anak kecil menyebalkan yang selama ini sering ia jumpai.

"Nanti ya." Kirana bersuara juga.

Entah mengapa, tangannya mengelus lembut surai tebal dan halus yang menghiasi kepala Javas.

Mungkin tubuhnya sekarang sudah terbiasa melakukan hal tersebut pada anak lelaki berusia lima tahun itu.

"Ma, masa katanya si Dendra mau punya adik. Javas juga mau. Kata papa, nanti Javas juga bisa punya adik. Tapi kapan?"

Pertanyaan sulit. Jika Kiara yang sesungguhnya menempati raga itu, pastinya akan sangat gampang bagi Javas punya adik secepatnya.

Masalahnya, ia adalah Kirana. Meski melakukan hal-hal intim adalah tubuh Kiara, namun yang akan merasakannya kan Kirana. Sungguh akan sangat tertekan batin Kirana jika begitu.

Oleh sebab itu, ia akan berusaha menghindar dari Saka yang memang kerap kali menunjukkan kasih sayangnya lewat sentuhan-sentuhan kecil.

"Punya adik kan nggak gampang, Javas." Tanggap Kirana. "Suatu hari pasti Javas punya."

Different (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang