05. Between Kiara and Saka

16.6K 1.5K 18
                                    

Siang ini Javas tidak pulang menumpang mobil sekolah. Bocah itu malah datang bersama temannya, diantarkan oleh ibu bocah lain tersebut. Awalnya, Kirana hanya basa-basi dengan tersenyum ke arah wanita cantik itu. Namun ternyata wanita itu turun dari mobil dan menyapa Kirana dengan ramah dan akrab. 

"Maaf ya Kia, nggak sempat jenguk kamu pas di rumah sakit. Soalnya kata Saka kamu nggak bisa dijenguk. Syukur alhamdulillah kamu sekarang baik-baik aja." Cerocos wanita asing itu. 

Menanggapi ucapan sang tamu, Kirana kembali melempar senyum. Setelah itu mempersilakan wanita tersebut masuk ke rumah. Lagipula anaknya juga di dalam. Bermain bersama Javas di kamar bocah itu. 

Ia masih diam begitu mereka duduk di sofa ruang tamu. Kirana membiarkan tamu Kiara itu buka suara lagi.

"Tapi kamu udah baikan kan sama Saka? Terakhir kali pas kamu cerita itu aku kepikiran banget. Mau tanya Mas Cahya, tapi nggak enak gitu. Takutnya Saka nggak ada cerita ke dia kan," lanjut wanita tersebut.

Kirana akhirnya ingat bahwa kemarin Saka menyinggung soal istri Cahya. Mungkinkah wanita ini yang bernama Manda?

Satu lagi yang mengganggu benak Kirana. Persoalan antara Kiara dan Saka itu apa?

Dia benar-benar tidak mengerti. Apa masalahnya begitu pelik? Mungkinkah Saka memanfaatkan keadaan Kiara atau Kirana ini untuk mengubur masalah itu?

Kepala Kirana jadi pusing lagi. Ia merasa bahwa kehidupan Kiara tidak sesederhana yang ia kira. Kiara bukan sekedar ibu rumah tangga sekaligus ilustrator buku anak yang hidup lurus.

Suaminya belum tentu sebaik yang selama ini Kirana lihat.

Bingung harus membahas apa, Kirana menggunakan kemampuannya berkelit.

"Oh iya, sebentar. Aku ambilin minum dulu."

Kirana segera pergi ke dapur. Ia mencari-cari minuman yang bisa disuguhkan dan mendapati sebotol sirup jeruk.

Kebetulan siang ini Bi Marni sedang keluar. Katanya mau mengunjungi keluarga yang sedang sakit. Sore nanti juga kembali sebelum jam makan malam.

"Terima kasih," kata Manda sambil mengulas senyum lebar.

Kirana bukanlah seseorang yang pandai menilai orang lainnya. Tapi ia punya insting yang cukup baik ketika menatap mata lawan bicaranya.

Sorot mata wanita bernama Manda itu sangat cerah. Aura positif terpancar dari tatapannya.

Segelas sirup jeruk terhidang di atas meja. Entah bagaimana rasanya, karena Kirana tidak suka jeruk. Jadi ia sama sekali tidak mencicipi rasa dari minuman buatannya.

"Bunda..." seorang anak lelaki seusia Javas menghampiri. Pun Javas yang tiba-tiba bergelayut manja di lengan Kirana.

Sebenarnya, kalau mau jujur, wanita itu sungguh terganggu dengan sikap Javas yang kadang senang sekali bermanja-manja.

Seumur-umur, Kirana tidak pernah menggubris anak kecil yang cari perhatian macam si Javas dan temannya. Tapi mana bisa wanita itu bersikap seperti dirinya adalah Kirana.

"Ma..." Javas ikut-ikutan merengek.

"Boleh makan es krim ya?" Itu suara Wira yang meminta es krim pada bundanya.

"Oke. Tapi nanti harus mau minum teh obat buatan ayah." Manda berucap dengan nada ceria. Namun anak bernama Wira itu malah menggelengkan kepala.

"Nggak jadi makan es krim," ucapnya. "Ayo Javas, kita nyusun balok lagi."

"Es krimnya?" Tanya Javas. Mata bulat anak lelaki berwajah mirip dengan Kirana itu menatap penuh harap. "Boleh kan, Ma?"

Boleh atau tidak?

Different (Complete ✓)Where stories live. Discover now