06. The War

14.6K 1.5K 10
                                    

Kirana hanya bisa memandangi punggung Bi Marni yang semakin menjauh kala ojek terus berjalan. Wanita itu sekarang sedang pening karena ia ditinggalkan bersama segudang pekerjaan rumah tangga.

Semalam Bi Marni sudah meminta izin untuk pulang ke kampungnya guna mengurusi sang ibu yang jatuh sakit.

Selama beberapa waktu ke depan, Kirana harus mengurusi rumah beserta dua penghuninya yang lain seorang diri.

Tolong dicatat, seorang diri.

Masalahnya Kirana amat payah dalam urusan pekerjaan rumah tangga.

Ia tidak bisa memasak sama sekali. Meski bertahun-tahun sudah tinggal sendiri, ia terlalu sibuk untuk belajar mengolah makanan. Ada yang praktis seperti membeli makanan di luar, mengapa ia perlu repot memasak bukan?

Soal bersih-bersih, lumayanlah. Saat masih kuliah, ia cukup sering merapikan kamar kosannya. Tapi hal itu sudah lama sekali.

Saat Kirana mendapat pekerjaan dengan gaji cukup tinggi, ia memilih menyuruh orang membereskan kamar. Saat pindah dan mulai tinggal di unit apartemen pun, wanita itu menggunakan jasa pembersih rumah.

Hal yang paling sulit baginya sebagai ibu rumah tangga adalah mengurusi Javas.

Iya, bocah lima tahun yang pagi ini tampak bersemangat untuk berangkat sekolah ke TK itu agak gampang-sulit diurusi.

Belum lagi Saka yang... entahlah bagaimana Kirana bisa menjelaskan tentang lelaki itu.

Di satu sisi, Saka tampak sebagai seseorang yang baik. Pasangan idaman malahan untuk tiap wanita. Well, Kirana tidak akan menampik hal tersebut.

Dari luar, Saka adalah sosok family man impian banyak wanita. Ia tampan, berdompet lumayan tebal, sayang istri, dan sayang anak.

Tapi...

Cara berpikir Kirana sungguh berbeda.

Kesempurnaan itu malah menimbulkan pertanyaan dalam benaknya.

Apakah kesempurnaan itu hanya kedok untuk menutupi sesuatu?

Jelas sejak awal Kirana bisa mencium bau amis dari tiap perlakuan manis seorang Saka. Jikalau memang semuanya hanyalah kedok saja, tidakkah sangat kasihan sosok Kiara itu.

"Tau nggak, itu makanya gue milih untuk nggak jatuh cinta. Biar kata orang-orang pada ngomong aneh, perawan tualah, feminis kebablasanah, tapi bagi gue tuh kebahagiaan diri itu penting."

"Jadi, apa selama ini lo ngerasa bahagia dengan menjadi istri dan ibu, Kiara?"

Seolah sedang mengobrol dengan orang lain, Kirana bicara. Ia menatap pantulan tubuhnya dari kaca.

"Sumpah, gue tuh bingung. Kenapa bisa gini. Lo sekarang ada di mana? Lo ada di badan gue? Atau lo masih di sini dan tertidur?" Lanjutnya.

Wanita itu menghela napas. Ia berlalu dari kaca. Kemudian menatap dapur yang masih bersih karena Bi Marni telah merapikannya sebelum pergi.

"Kenapa juga Bi Marni nggak masak makan siang dulu sebelum pergi sih?" Dumal wanita itu. Ia baru sadar kalau harus menyiapkan makan siang sebelum Javas pulang sekolah.

Dengan sangat terpaksa wanita itu masuk dapur. Ia membuka kulkas yang untungnya berisi penuh bahan makanan. Masalahnya, dari begitu banyak pilihan bahan, Kirana bingung harus memilih yang mana.

"Aduh!" Wanita itu menepuk keningnya.

Ketika ia sedang berjongkok memilih bahan makanan di kulkas, suara pintu dan langkah kaki terdengar.

Different (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang