28. Why?

10.8K 1.1K 14
                                    

"Mana ya?"

Kirana membongkar seluruh rak bukunya. Ia mencari-cari sesuatu di antara rak tersebut.

"Nggak mungkin hilang deh," gumamnya lagi.

Ada sedikit rasa sesal dalam benaknya. Mengapa ia tidak pernah memisahkan barang-barang lama yang sekiranya menyimpan memori.

Mungkin karena bagi Kirana hidup itu lurus ke depan, maka ia tidak begitu mementingkan hal-hal di masa lalu.

Namun saat ini ia membutuhkannya. Wanita itu sangat butuh barang-barang penuh memori untuk menguak jati dirinya sendiri.

Benar. Kirana memutuskan untuk mencari tahu siapakah dirinya dan Kiara. Mereka kembar dan siapa orang tua mereka?

Pertanyaan mengapa terus menghantui Kirana. Ia tidak akan bisa tenang jika belum menemukan alasan dirinya dan Kiara bisa berpisah sejak lahir.

Mata Kirana terus memindai dan seulas senyum pun muncul di bibirnya.

"Ketemu!" Pekik wanita itu.

Ia segera mengambil sebuah album foto berukuran besar. Seingatnya, itu berisi foto masa kecilnya.

Halaman pertama dibukanya dan menampilkan foto saat Kirana ulang tahun yang pertama. Ada papa dan mama di sisinya. Mereka berfoto di depan sebuah kue tart kecil.

Kue itu dihiasi krim dengan hiasan krim berbentuk kumpulan bunga, salah satunya bunga mawar.

Kirana ingat, jika mama memang suka dengan bunga. Bahkan merajut menyulam baju serta sapu tangan dengan beraneka bunga.

Halaman berikutnya berisi foto saat Kirana lebih besar. Mereka di kebun binatang. Berfoto dengan ekspresi berbahagia.

Sejujurnya ia sama sekali tidak mengingat waktu-waktu berbahagia yang pernah dijalani bersama mama dan papa.

Ketika otak Kirana sudah mampu mengingat segala peristiwa, mama dan papa telah menjadi orang sibu yang bahkan tidak pernah ada di hari ulang tahun Kirana.

Mereka lebih sering mengirimkan kado-kado mahal, daripada datang mendampingi satu-satunya putri mereka.

Wanita itu menghela napas, "karena gue bukan anak kandung mereka?"

Segala prasangka jelas ia tujukan pada mama dan papa. Kirana ingin sekali bertanya, tapi itu tidak mungkin. Mereka sudah tiada sejak lama. Bahkan tanpa Kirana tahu apa yang mereka tutupi selama ini.

Kirana merenung, namun kemudian  tersadar ketika ponselnya berbunyi.

"Iya?" Ia menempelkan ponsel ke telinga.

Senyumnya kembali merekah, lalu beranjak. Tidak lupa membawa serta album foto tersebut.

...

Suasana rumah bunda sangat semarak. Hampir seluruh keluarga berkumpul untuk menyambut kepulangan Kiara dari rumah sakit.

Bahkan anak-anak panti juga menyambutnya dengan senyum ceria mereka.

Bunda sengaja mengadakan syukuran atas membaiknya kondisi Kiara. Acaranya hanya makan bersama anak-anak panti di ruang makan besar.

"Alhamdulillah," ujar bunda dengan senyum merekah.

Kiara yang duduk di kursi roda dan didorong Saka ikut tersenyum. Ia menyambut pelukan hangat dari bunda.

"Mbak Kia!" Seru Satria. Ia pun turut memeluk kakaknya dengan erat.

Purnama juga ikut-ikutan. Sambil terus mengucap syukur.

Different (Complete ✓)Onde histórias criam vida. Descubra agora