18. Face to Face

11.6K 1.1K 13
                                    

Seperti mendadak mendapat pasokan oksigen yang sangat banyak. Kirana akhirnya dapat merasakan paru-parunya dialiri udara. Secara refleks wanita itu juga membuka matanya.

Langit biru menjadi pemandangan yang tertangkap oleh netra Kirana. Ia berusaha bangun dan tersadar sudah berbaring di atas rumput yang tebal.

Padang rumput itu lagi.

Tiap kali dirinya pening dan tidak sadarkan diri, pasti Kirana berakhir di tempat itu.

"Kirana," suara lembut seorang wanita menyapa telinga Kirana.

Ia menoleh dan wajah itu. Wajah yang sama persis seperti miliknya tersenyum lembut.

"Kiara?"

Wanita anggun itu mengangguk kecil. Kemudian ia memeluk Kirana. Rasanya begitu hangat serta nyaman.

"Maaf sudah ngerepotin kamu," ucap Kiara.

"Ngerepotin banget. Tapi Javas lucu," ungkap Kirana.

Kedua wanita itu tertawa. Pelukan mereka merenggang dan kini saling memandang.

Kirana merasa dirinya seperti sedang memandangi pantulan diri di kaca. Bedanya, air muka Kiara lebih kalem dan bersahabat. Sementara Kirana tampak galak saat sedang tidak tersenyum.

"Terima kasih sudah jaga Javas."

"Selama bocah itu nggak nyusahin, ya nggak apa-apa." Kirana berucap tulus. Lebih dari dua minggu bersama memunculkan sebuah ikatan sendiri bagi Kirana pada Javas.

"Tapi, Kia. Apa lo tau dimana orang tua kita?" Tanya Kirana.

Kiara menggeleng, "aku cuma tau kamu saudaraku."

Kirana mendesah kecewa. Lalu sejurus kemudian menatap Kiara dengan tatapan sinis.

"Gue sebel sama lo. Kenapa lo bikin gue hidup dalam badan lo? Kenapa hidup lo rumit. Kenapa lo bego banget mau sama Saka?"

"Maaf. Tapi Saka baik," jawab Kiara.

Mendengar itu memantik emosi Kirana.

"Baik? Lo tuh nikah tanpa dicintai. Keluarga dia nggak ada respeknya sama lo. Terus sekarang dia ada indikasi main gila sama mantannya! Sori, karena gue lancang baca buku harian lo."

Napas Kirana memburu karena emosinya.

Kiara terkekeh, "dia baik karena nggak pernah kasar sama aku. Dia baik karena mengapresiasi setiap apa yang aku lakuin buat dia. Dia baik karena meski nggak cinta, dia sayang sama Javas."

Jawaban Kiara benar-benar membuat Kirana kesal. Wanita itu tidak akan mampu hidup menjadi Kiara berlama-lama.

"Kirana," panggil Kiara. "Mungkin karena aku cinta dia, makanya begitu. Jadi pandanganku bias ke dia."

"Jadi mau gitu terus?"

"Makanya aku minta tolong karena kamu nggak bias. Kalau memang Saka mau menggapai bahagianya tanpa aku sama Javas, kamu mampu buat ninggalin dia atas namaku."

Ucapan itu membuat Kirana terdiam. Ia berpikir sejenak sebelum menyadari maksud dari Kiara.

"Lo mau gue hidup di badan lo buat ninggalin Saka? Fine, itu gampang. Gue bakalan cari pengacara handal dan ngajuin gugatan cerai."

Lalu Kiara diam. Mungkin dilema juga dengan keputusannya ini.

Kirana yang melihat hanya menatap dengan nanar. Wanita itu merangkul kembarannya yang tampak bersedih.

"Habis itu gue balik dan kita bisa tinggal bareng. Sama-sama urus Javas." Lanjut Kirana.

"Makasih, Kirana."

Different (Complete ✓)Where stories live. Discover now