01. Who Is He?

28.8K 2.5K 9
                                    

Gelap. Begitulah yang Kirana rasa. Telinganya menangkap suara mesin, sementara hidungnya mencium aroma karbol, khas rumah sakit.

Meski berat, ia berusaha membuka mata. Perlahan namun sedikit demi sedikit, cahaya mulai masuk ke matanya.

Pengelihatan itu awalnya buram, bagai lensa kamera yang belum diatur fokusnya. Namun lambat laun segalanya tampak jelas. Wanita itu dapat melihat langit-langit atap sebuah ruangan.

Ia ingin bicara, tapi sesuatu menahan mulutnya. Dadanya pun cukup sesak karenanya.

Ini dimana?

Kirana hanya dapat membatin.

Tangannya mulai terangkat, ia ingin melepaskan alat-alat yang menempel di mulut serta hidungnya karena risih. Sayang, tenaga wanita itu tidak cukup, walau hanya untuk menggerakkan sedikit ujung jarinya.

"Dok!"

Suara itu begitu asing. Entah siapa pemiliknya. Tapi Kirana yakin kalau orang tersebut sejak tadi ada di sisinya.

Derap langkah kaki kini terdengar. Mungkin ada beberapa orang yang setengah berlari dan memasuki ruangan tempat Kirana berada.

Pria berjas putih serta dua orang perawat berpakaian seragam dengan warna biru muda tampak jelas terlihat di mata wanita tersebut.

Dokter mengarahkan senter kecil ke matanya. Secara refleks, wanita itu juga mengikuti arah gerak cahaya.

Tidak hanya itu, tangan serta kakinya terasa seperti di tekan. Membuatnya kaget dan menggerakkan tangan dan kakinya sebagai respon.

"Kita akan coba buka ventilator yang terpasang. Kalau napasnya bisa sendiri secara spontan, bisa langsung pindah ke ruang perawatan." Jelas dokter pada entah siapa yang sedang ada di sana.

Kening Kirana sedikit mengerut. Ia sama sekali tidak mengenali suara pria yang terus bicara bersama dokter.

Ia tidak punya saudara, tidak punya teman akrab lelaki, apalagi pacar. Sungguh aneh ketika tiba-tiba ada orang yang memedulikannya dalam keadaan seperti ini.

Wanita itu begitu yakin, kecelakaan lift menyebabkan dirinya terkapar begini.

Jika tenaganya kembali pulih dan sehat seperti sediakala, ia akan menuntut banyak hal pada perusahaan tempatnya bekerja. Mungkin ia akan mengajukan keluhan pada kontraktor yang menangani pembangunan gedung.

Kini, dokter kembali terlihat dari pelupuk mata Kirana. Selang yang mengganjal tenggorokannya pun mulai terasa bergerak dan terlepas.

Seketika wanita itu mengambil napas dalam-dalam dan bernapas lega setelahnya.

"Syukurlah," ucap dokter dengan nada bicara begitu lega.

"Ibu, apa bisa dengar saya?" Tanya dokter itu lagi.

Karena masih susah bicara setelah selang di tenggorokannya terlepas, Kirana hanya bisa mengangguk sebagai jawaban.

Dokter itu tersenyum lega. Baru kemudian meminta perawat dan para dokter muda membantu memindahkan tubuhnya ke ruang rawat inap.

Namun Kirana kembali mengantuk. Perlahan matanya kembali tertutup dan ia pun tertidur. Seakan tidak puas telah tidur selama berhari-hari lamanya.

...

Seakan baru saja mendapat pasokan oksigen sangat banyak, Kirana tiba-tiba membuka mata. Napasnya memburu dan ia mendapati langit-langit atap sebuah ruangan sebagai pemandangan pertamanya.

Ia tidur terlentang dengan infus yang terpasang di tangan kananya. Wanita itu pun berusaha bangun meski tubuhnya terasa berat.

"Jangan gerak dulu," ujar sebuah suara asing. Suara pria lebih tepatnya.

Different (Complete ✓)Where stories live. Discover now