23. She Is A Hope

10.8K 1.2K 35
                                    

"Kita menyebutnya locked-in syndrome atau dalam bahasa medisnya pseudocoma. Ibu Kiara sadar, tapi tidak bisa merespon. Seluruh tubuhnya mengalami kelumpuhan." Ucap dokter di hadapan Saka.

Lelaki itu merasa dunianya seakan runtuh. Ia tidak berdaya, tidak tahu harus apa untuk membalikkan keadaan.

"Apa istri saya bisa kembali, bisa bangun?" Tanya Saka dengan suara bergetar.

"Cidera di kepalanya akibat kecelakaan itu cukup parah. Bahkan Ibu Kiara tidak bisa membuka matanya. Untuk saat ini, mari berdoa dan menanti keajaiban." Dokter itu menepuk pundak Saka. Lalu keluar dari ruang rawat tempat Kiara kini terbaring.

Kaki Saka tiba-tiba melemah. Bahkan ia harus berpegangan pada tembok agar tidak terjatuh.

Lelaki itu berusaha mendekati tempat tidur Kiara. Ia terduduk di kursi penunggu, meraih jemari wanita itu, lalu menggenggamnya.

Berkali-kali Saka juga menciumi tangan Kiara.

"Apa ini hukuman dari kamu?" Tanya lelaki itu dengan lirih.

Air mata luruh ke pipinya. Ia menangis tersedu melihat kondisi sang istri yang tidak berdaya.

Derit pintu yang dibuka membuat Saka buru-buru mengelap air matanya. Ia mengambil napas panjang, dan menghembuskan perlahan. Menenangkan diri agar tidak menampakkan kerapuhan di depan keluarga, terutama Javas.

"Papa."

Javas masuk dan langsung menubruk tubuh Saka. Memeluknya erat. Sementara Satria dan Gina menyusul kedatangan Javas.

"Gimana mas?" Tanya Satria.

Saka melihat Kiara sekilas kemudian mengedikkan bahu.

"Jangan biarin bunda tau keadaan Kiara sekarang. Dokter bahkan nggak tau dia bisa bangun atau enggak. Dokter bilang, Kiara ada di ambang sadar dan enggak. Dia bisa dengar dan rasain apa pun di sekitarnya. Cuma nggak bisa ngerespon." Jelas Saka.

Gina menutup mulutnya, menahan tangis. Lalu Satria menatap ke arah sang kakak dengan sendu.

"Mbak Kia orang yang kuat dan pasti bisa sembuh," ujar Satria.

Kepala Saka mengangguk. Tatapannya lalu tertuju pada Javas yang bermain sendirian di pojok ruang rawat kelas satu itu.

"Kemarin Javas manggil orang lain mama. Anehnya, orang itu punya wajah persis seperti Kiara," cerita Saka.

Satria dan Gina yang mendengar langsung saling pandang. Tampaknya Kiara belum menceritakan apa pun pada Saka tentang ia yang terlahir kembar.

"Ada yang perlu Mas Saka ketahui," ujar Satria.

Lalu mengalirlah cerita tentang Kiara yang baru saja menemukan sosok kembarannya.

...

"Masih pusing?" Tanya Kenzo pada Kirana.

Padahal baru saja wanita itu dengan semangat merapikan barang-barangnya karena akan segera pulang. Tiba-tiba rasa sakit di kepalanya menyerang.

"Gue panggil dokter ya?" Tawar lelaki itu yang jelas tampak khawatir.

"Nggak perlu. Udah kok. Gue pusing mungkin karena kelamaan tidur. Biasanya kan gitu kalau kita tidurnya kelebihan jam," ujar Kirana sambil terkekeh.

"Pokoknya kalo lo pusing-pusing lagi, kita langsung panggil dokter."

"Hasil pemeriksaan gue kan udah keluar, nggak ada apa-apa. Jadi jangan lebay," dumal Kirana.

Kenzo memang berubah menjadi lebih protektif. Jatuhnya, malah berlebihan bagi Kirana.

Different (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang