21. The Meeting

10.7K 1.1K 41
                                    

Kirana membuka pintu kamar Kiara dan melihat Saka sedang sibuk memegang tabletnya.

"Katanya pergi, kok udah balik?" Tanya wanita itu.

Subuh tadi Saka memang pamit pergi. Bahkan Kirana melihatnya naik taksi. Tapi siang ini, lelaki itu sudah kembali.

"Aku bilang perginya sebentar," jawab lelaki itu.

Ia kembali menekuri pekerjaannya dalam tablet tersebut.

Kirana menghela napas, kemudian bersedekap dan berdiri di samping kasur tempat Saka sedang duduk bersandar.

"Minta kontaknya Sarah," pinta wanita itu.

Saka menurunkan tabletnya. Ia mendongak, menatap Kirana yang berdiri congkak.

"Buat apa?"

"Silaturahmi dong sama teman lama."

Mata Saka tetap tidak lepas dari sosok Kirana.

"Kamu banyak berubah. Kamu nggak pernah sarkastik begitu. Aku kangen kamu yang dulu." Ungkap Saka.

Kirana tersenyum miring, "dulu gampang dibegoin ya?"

"Kia," gumam Saka dengan lirih.

"Minta kontaknya, tolong. Katanya kamu mau lurusin kesalahpahaman? Aku mau silaturahmi nih, sekalian mau rebonding kesalahpahamannya. Eh, biar lebih halus, di smoothing aja sekalian," tutur Kirana.

Meski tampak ragu, akhirnya Saka mengirimkan kontak dengan nama "Sarah".

Ia pikir namanya akan lebih istimewa. Misal "My Love Sarah" atau "Mantan Terindah".

"Mau kemana?" Tanya Saka saat Kirana langsung keluar kamar begitu mendapatkan kontak Sarah.

Wanita itu berbalik, "silaturahmi sama teman lama." Ujarnya dan pergi.

"Kia!" Panggil Saka. Tapi Kirana dengan cepat berlari. Ia tersenyum puas saat bisa menyetop taksi. Wanita itu segera menghubungi si pemilik nomor.

"Halo, Sarah? Ini Kiara. Ayo meet up, lama nggak ketemu. Mumpung aku di Jakarta. Kamu nggak lagi perjalanan dinas ke luar kota kan?" Tanya Kirana.

...

Ponsel Kirana terus bergetar. Itu panggilan dari Saka. Tapi ia mengabaikannya.

Ada lebih dari dua puluh panggilan sudah ponsel Kirana terima. Namun itu tidak mengurungkan niatnya "silaturahmi" dengan Sarah.

Sarah, wanita itu setuju untuk datang sambil berbincang makan siang.

Tidak lama, wanita bernama Sarah itu tiba. Pura-pura akrab, Kirana menyambut cipika-cipiki dari wanita itu.

Ditilik dari penampilannya, Sarah memang cantik. Rambutnya panjang tergerai lalu memakai dress selutut bermotif bunga matahari. Kakinya dibalut oleh sepatu high heels yang amat Kirana benci.

Ia selalu heran pada para wanita yang rela menyiksa diri dengan memakai sepatu hak sangat tinggi atau model yang bagian depannya lancip.

Menurutnya, dengan berdandan begitu sama saja seperti berusaha menutupi kekurangan, ingin sempurna.

Memang tidak semua begitu. Ada yang karena tuntutan pekerjaan, ada juga yang menjadikan hal itu sebagai kesenangannya. Atau cara menarik para jantan agar menjadikannya pusat perhatian.

"Udah lama?" Tanya Sarah dengan suara lembut.

Lembutnya berbeda, tidak seperti Kiara saat bicara.

Different (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang