Bonus: Happiness

11.4K 1K 33
                                    

Senyum Kiara merekah lebar saat hiasan kue ulang tahun yang ia buat selsesai. Berbekal tutorial di youtube, ia akhirnya berhasil membuat kue bertemakan spiderman kesukaan Javas.

Javas kini memasuki usia enam tahun. Anak lelaki itu begitu senang ketika tahu usianya bertambah. Apalagi dalam waktu dekat, ia juga akan memiliki adik. Lebih tepatnya adik-adik, karena Kiara mengandung anak kembar.

"Mama!" Seru bocah itu sambil berlarian dari pintu sampng menuju dapur.

"Ya ampun, Mas Javas kok kucel begini?" Komentar Kiara saat melihat penampilan putranya yang memang kucel.

Peluh membasahi dahi serta rambut tebal bocah itu. Sebagian kakinya juga berlumpur.

"Tadi barusan, Mas Javas cari siput sama Abang Yuda, sama Juan juga. Terus kita dapat banyak sekali. Satu ember. Kata neneknya Juan, siputnya bisa dibuat sate. Nanti Mas Javas terus semuanya juga kebagian." Cerocos Javas.

"Iya, tapi sekarang Mas Javas mandi dulu. Siap-siap mau makan malam. Sebelum papa sampai rumah, Mas harus udah cakep."

Kepala Javas mengangguk dan segera ke kamar mandi. Ia berjalan sambil membuka pakaiannya. Langkahnya berhenti sejenak untuk meletakkan baju kotor ke dalam bak cucian dekat mesin cuci.

"Mas Javas mau mama mandiin?" Tawar Kiara.

"Nggak mau. Mas Javas udah gede." Tolak anak itu.

Sejak tahu dirinya akan punya adik, Javas segera mendeklarasikan diri untuk dipanggil Mas Javas. Merasa akan menjadi anak tertua, bocah itu juga mulai tidak menolak dibantu mengerjakan apapun, terutama saat membersihkan diri. Meski begitu, Kiara dan Saka selalu mengecek hasil pekerjaan sang putra.

Kali ini suara mesin mobil milik Saka terdengar di bagian depan rumah. Suara-suara pintu mobil yang terbuka lalu menutup juga menyusul terdengar di telinga Kiara.

Berjalan dengan perut membesar, Kiara menyambut kedatangan suaminya yang baru saja kembali dari menjemput Kirana di bandara.

"Kok mukanya cemberut?" Tanya Kiara pada sang kembaran.

"Gue rasanya mau bunuh si Kenzo." Gerutu Kirana.

Atensi Kiara beralih pada sang suami. Menatapnya dengan pandangan penuh tanya. Tapi Saka juga tidak tahu ada apa dengan saudara iparnya itu.

"Duduk dulu," pinta Kiara. Kemudian menuntun Kirana duduk di sofa ruang keluarga.

Sementara itu, Saka meletakkan barang bawaan Kirana di kamar tamu.

Kemarin sore, Kirana secara tiba-tiba menelpon dan bilang akan datang untuk merayakan ulang tahun Javas. Perginya sendirian tanpa Kenzo yang biasanya mengintili kemana-mana.

"Kalian marahan?" Tanya Kiara hati-hati.

Kirana memang sering mendumal pada Kenzo. Namun tidak pernah sampai marah begini.

"Pengantin baru kok marah-marahan?" Ledek Kiara kemudian.

Kirana dan Kenzo sudah empat bulan menjadi suami-istri. Waktu itu Kiara sekeluarga hadir dalam acara sederhana yang mereka adakan di panti.

"Males gue denger namanya." Kirana masih cemberut. Lalu beranjak masuk ke kamar tamu. Mengunci diri di dalamnya.

"Dia udah uring-uringan gitu dari baru sampai. Aku nggak berani tanya, Beb. Saudara kamu tampangnya kayak mau makan orang hidup-hidup." Adu Saka.

Lelaki itu berganti duduk di sisi Kiara. Tangan lelaki itu kemudian mengelus lembut perut sang istri.

"Hai para jagoan papa," ucapnya.

Different (Complete ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang