Spesial: Drama Mudik

7.7K 651 33
                                    

Catatan: Latar waktu di cerita edisi spesial ini tidak berurutan dengan edisi spesial sebelumnya.

.
.
.

"Gimana? Baguskan idenya?" Tanya Kenzo. Lelaki itu menatap Kirana yang juga menatapnya balik dengan ekspresi datar.

"Bagus dari Hongkong?" Cibir Kirana.

Wanita itu mendengus kesal. Berdiskusi dengan Kenzo itu sering membuatnya pusing. Apalagi kalau lelaki itu sudah mengeluarkan ide aneh-aneh.

"Kapan lagi kan kita mudik?" Lelaki itu masih terus mencoba meyakinkan istrinya.

Jadi, Kirana dan Kenzo sedang terlibat sebuah diskusi mengenai "mudik".

Well, keduanya tidak punya kampung halaman yang bisa dituju untuk mudik seperti kebanyakan warga ibu kota lainnya. Sejak lahir memang mereka penghuni asli ibu kota.

Tapi kali ini, Kenzo tampak lebih bersemangat saat lebaran tinggal menghitung hari. Apalagi begitu mendengar kakak iparnya sekeluarga akan berlebaran di tanah perantauan mereka.

Jelas, Kenzo mengambil kesempatan untuk merealisasikan keinginannya pergi mudik bersama keluarga.

"Iya tapi nggak naik mobil juga. Kamu pikir Jakarta ke Lombok itu deket? Bawa bayi pula. Repot." Kirana menolak.

Seorang Kirana yang tidak mau repot jelas sekali menentang ide Kenzo. Ditambah putri mereka masih kecil, masih bayi hitungannya.

Namun Kenzo adalah lelaki yang pantang menyerah. Ia mendekati Kirana dan memeluk wanita itu.

"Kita ajak suster," bujuk Kenzo.

"Suster siapa?" Kirana bertanya dengan nada judesnya.

Selama ini mereka sama sekali tidak menggunakan jasa baby sitter untuk merawat Gita, putri kecil mereka. Itu karena Kirana dan Kenzo merasa tidak nyaman jika ada orang lain tinggal di rumah mereka.

Setiap hari kerja, keduanya akan bergantian membawa Gita ke kantor. Mungkin nanti saat anak itu sedikit lebih besar, mereka akan mendaftarkannya ke tempat penitipan anak.

"Suster Farah, susternya adek," jawab Kenzo dengan enteng.

"Lah terus si adek Harsya gimana?"

"Ikut."

Kirana terdiam. Ia mundur untuk melepaskan diri dari kungkungan Kenzo.

"Gila lo," hardik wanita itu. Kemudian beranjak dari tempat tidurnya menuju dapur.

Tentu Kenzo mengikuti langkah sang istri. Ia harus bisa meyakinkan Kirana untuk merealisasikan keinginannya mudik naik mobil.

"Cinta, kasihan tau si adek. Mami kan lagi sakit. Terus papi repot ngurusin mami. Adek bakalan nggak keurus." Bujuk Kenzo. Ia menjual cerita kemalangan sang adik.

Iya, adik Kenzo yang usianya seumuran dengan Gita. Sama-sama masih bayi.

Sebelumnya sudah pernah disinggung kalau papi Kenzo menikah lagi, bukan?

Setelah sekian lama, akhirnya papi dan mama tiri Kenzo punya anak. Hanya lebih tua empat bulan dari Gita. Sedihnya, mama tiri lelaki itu berpulang setelah melahirkan. Jadi, adik lelaki yang diberi nama Harsya itu diasuh maminya Kenzo.

Kirana menenggak air mineral dalam gelas sampai habis. Ia merasa kesal karena tidak bisa menghindar dari cerita kemalangan adik ipar kecilnya.

"Tapi nggak naik mobil," wanita itu mulai luluh.

"Naik kereta terus naik bus sama kapal laut?" Kenzo tidak mau kalah.

"Kalau ada pesawat, kenapa harus repot?" Kirana menatap suaminya dengan tatapan putus asa.

Different (Complete ✓)Onde histórias criam vida. Descubra agora