20. How About To Dig More?

10.8K 1.1K 51
                                    

Kirana terbangun dari tidurnya di pagi buta. Sisi kasur disebelahnya sudah kosong, pertanda Mbak Ratna lebih dulu bangun.

Aktivitas di sekitar memang berjalan saat pagi buta. Anak-anak panti telah berkumpul di Mushola. Sementara beberapa staf dapur yang dibantu Gina sedang menyiapkan sarapan.

Kirana pun keluar dari kamar dan secara bersamaan Saka juga baru saja keluar dari kamar Kiara.

"Javas belum bangun. Pagi nanti aku mau keluar sebentar." Lapor lelaki itu.

Bukan urusan gue.

Wanita melengos saja, tidak peduli. Ia menuju dapur untuk mendapati Mbak Ratna sibuk memasak di dapur.

"Kamu beneran mau pisah dari Saka. Emang bisa? Sanggup?" Tanya wanita cantik itu. "Tolong ambilin merica di sana." Pintanya kemudian.

Kirana menurut dan mengambilkan merica. Ia kemudian memandangi Mbak Ratna yang sibuk membuat menu untuk sarapan.

"Bisa." Jawab wanita itu dengan mantap.

"Waktu setahun setelah nikah, kamu juga ngomong begitu. Tapi bukannya pisah malah dapat Javas," ujar Mbak Ratna.

Serius? Kok bisa?

Kirana diam saja. Tampaknya ia harus membaca lagi buku harian Kiara. Bisa jadi ada lebih banyak cerita yang bisa ia temukan tentang Kiara juga Saka.

Untung saja wanita itu membawa buku nomor empat dan lima. Entahlah, instingnya mengatakan kalau ia perlu sekali membawa dua buku itu.

Benar saja, ini waktu yang tepat untuk membacanya lagi.

"Aku bangunin Javas dulu," pamit Kirana.

Sebenarnya wanita itu tidak mau membangunkan Javas. Tapi tadi dari jendela kamar ia melihat anak-anak seumur Javas sudah bangun dan ikut beraktivitas dengan yang lainnya. Bahkan Tara sudah rapi dengan baju koko dan mengikuti Satria juga Purnama ke Mushola.

"Si Saka bukannya ngajakin anaknya, malah pergi sendirian." Dumal Kirana.

Wanita itu masuk ke kamar dan mendapati Javas masih terlelap. Ia mendekat hendak membangunkan, tapi kemudian urung.

Ia tertegun sejenak karena melihat jejak air mata di pipi bocah itu. Tapi semalam ia tidak mendengar Javas menangis. Atau ia menangis dalam diam seperti beberapa waktu lalu?

Tapi kenapa Javas menangis?

Kirana menghela napas. Ia mengelus lembut rambut lebat bocah itu. Namun justru membuat Javas terbangun.

"Mama," ucapnya dengan suara parau.

"Selamat pagi," sapa Kirana dengan ceria.

Tapi tatapan mata anak lelaki itu begitu sendu. Javas duduk, kemudian memeluk erat Kirana.

"Hei, kamu kenapa sih?" Tanya wanita itu.

"Javas mau sama mama sama papa terus." Jawab anak itu.

Ia sadar ucapannya semalam terdengar jelas oleh Javas. Tapi apakah Javas mengerti dengan arti kata cerai?

"Iya, Javas pasti selalu sama mama dan papa." Tanggap wanita itu.

"Mama sama papa nggak boleh cerai," ujarnya lagi.

"Memang kamu tau apa itu cerai?"

"Pisah. Nanti mama sama papa nggak tinggal satu rumah. Kayak mama sama papanya Juan. Terus nanti Javas malah harus tinggal sama nenek. Javas nggak mau."

Kirana ingat, salah satu tetangga Kiara memang merawat cucunya yang menjadi teman bermain Javas. Katanya karena kedua orang tua anak itu cerai dan kini punya kehidupan masing-masing.

Different (Complete ✓)Where stories live. Discover now