Kiara & Saka: Bagian 4

449 60 10
                                    

Bagian 4: Patah Hati

Semakin dewasa usia manusia, masalah hidupnya semakin kompleks. Jika kemarin, Kiara hanya direpotkan tentang perasaannya yang bertepuk sebelah tangan pada sang sahabat, sekarang beban hidupnya bertambah banyak. 

Gadis itu ingin sekali bisa kuliah di universitas ternama. Sayang, bapak dan ibu tidak punya cukup biaya untuk membiayainya kuliah. Purnama saja langsung bekerja selepas SMK. 

Maka, demi tetap kuliah, Kiara pun harus bekerja juga. Untungnya, kemampuan gadis itu dalam menggambar dan mendesain sangat membantu. Ia pun diterima bekerja di sebuah percetakan.

Gaji sih tidak seberapa, tapi bisa dipakai untuk biaya kuliah. Toh, uang saku masih diberikan bapak juga. 

Kesibukan Kiara yang lebih padat dari sebelumnya membuat gadis itu juga lupa tentang perasaan pada Saka. Malah, ia pikir, rasa lebih itu telah hilang. 

"Kiara, lo nggak kuliah?" Tegur salah seorang pegawai percetakan. 

Kiara yang sedang fokus memotong stiker pesanan, langsung menatap jam dinding. 

"Astaga!" Pekiknya.

Karena harus bekerja, Kiara jadi ikut kuliah sore. Ia pun menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit. Setelah itu segera pergi ke kampus yang jaraknya cukup dekat dari percetakan. 

Begitulah padatnya jadwal Kiara. Pantas saja kalau ia sampai tidak sempat memikirkan apa-apa termasuk soal perasaannya terhadap sang sahabat yang sudah jarang datang ke rumah.

Sudah pasti, Saka juga sibuk kuliah. Apalagi terakhir berkomunikasi, lelaki muda itu bilang kalau ia ikut BEM. 

Saka yang dikenalnya sekarang agak lain dari yang dulu. Lelaki itu lebih aktif dalam berbagai kegiatan. Temannya juga bertambah banyak. Mungkin, itu karena ada Sarah di sisinya. Jadi, Saka bisa lebih terbuka pada dunia. 

"Duluan, Kiara," kata salah satu teman sekelasnya.

Kuliah usai cukup larut seperti biasa. Gadis itu pun bergegas menuju halte. Sambil mendekap tas kanvasnya, Kiara melangkah lebar. 

"Kia!" Seruan itu menghentikan langkah Kiara. Ia berbalik, dan mendapati Saka tersenyum sambil melambaikan tangan. 

Seketika bibir gadis itu ikut mengembangkan senyum. Baru disadari, sosok Saka mampu membuat dirinya sedikit lebih rileks dari sibuknya hari. 

"Hampir aja nggak kekejar," kata lelaki itu begitu tiba di depan Kiara. 

"Kok bisa ada di sini?" 

"Bisa dong. Sengaja mau jemput kamu." 

"Dalam rangka apa mau jemput?" 

"Nggak dalam rangka apa-apa." 

Meski begitu, Kiara tahu kalau Saka pasti ada sesuatu sampai ia rela datang jauh-jauh ke tempat Kiara. 

"Mampir makan dulu ya," ajak Saka. 

"Oke." 

Di bangku kuliah ini, Kiara juga semakin sadar diri. Levelnya dengan Saka kian membentang jauh. Jika dulu pas SMA lelaki itu masih naik kendaraan umum, sekarang, tunggangannya adalah mobil. 

"Ini kan malam minggu, kamu nggak pergi kencan sama Sarah?" Tanya Kiara. 

Ia sudah hafal rutinitas Saka sejak semakin serius berpacaran dengan Sarah. Sabtu malamnya seolah tidak bisa diganggu sama sekali. 

"Dia lagi ada urusan sama teman-temannya. Jadi, aku bisa quality time juga dong sama sahabatku." Saka terkekeh.

Sahabat. 

Different (Complete ✓)Where stories live. Discover now