Rival 11

19.3K 2.1K 116
                                    

Kini Haechan sudah berbaring di kamar Mark. Tadinya Haechan akan tidur di sofa tapi ternyata tidak ada sofa besar, ada pun tapi kecil. Haechan tengah menyusun bantal-bantal ditengah-tengah untuk berjaga-jaga.

"Awas lo macem-macem!" Haechan tidur membelakangi Mark sesudah menyusun bantal-bantal dengan tinggi sampai menutupi tubuhnya.

Diluar masih hujan deras dengan suara gemuruh petir yang kencang. Haechan mati-matian menahan ketakutannya saat suara petir selalu datang tiba-tiba.

Duar.

Lega. Karna suara petir ini kecil.

Duar.

Mungkin Haechan bisa langsung terlelap karna suara petir sudah tidak lagi kencang. Namun, saat suara petir ke tiga.

DUAR.

"AA! MAE." Haechan membuang asal bantal yang sudah ia susun dan langsung memeluk Mark yang membelakanginya juga.

Mark yang sudah setengah tertidur langsung kaget karna sebuah lengan memeluk dirinya. Jantung Mark langsung berdetak cepat dan telinganya memerah. Ia tidak tahu harus melakukan apa, jadi hanya diam saat Haechan semakin mengeratkan pelukannya.

"Takut. Echan, takut," cicit Haechan masih shock.

Karna khawatir dengan Haechan yang ketakutan. Mark berbalik dan memeluk Haechan ke dekapan hangatnya yang mampu membuat Haechan nyaman dan tenang.

"Tidak apa-apa." Mark menepuk pelan punggung Haechan dan rasa ngantuk datang ke Haechan karna tepukan pelan dari Mark dan tubuh Mark yang hangat. Tak lama suara dengkuran halus terdengar ditelinga Mark.

Mark melihat kebawah dan Haechan sudah terlelap nyaman di dekapan nya. Mark tersenyum dan memajukan Haechan semakin ke tubuhnya, agar kehangatan memutupi udara yang dingin di malam ini.

"Good night my fullsun," bisik Mark dan mengecup dahi Haechan sangat pelan takut membangunkan pemuda manis ini.

* * *

Keesokan harinya. Haechan terlebih dulu bangun tapi saat dia membuka matanya dan dada bidang Mark tertampang jelas dimatanya. Haechan melebarkan matanya dan berusaha melepaskan diri tapi lebih kagetnya lagi tangan Mark berada di belahan bokongnya. Ingat, belahan bokongnya!!

Haechan diam karna takut tangan Mark menyetuh diantara belahan bokongnya. Biasa gawat nanti.

Haechan menutup matanya erat dengan nafas yang tak beraturan ditambah jantungnya berdetak lebih cepat.

"Gerak apa engga? Kalo gerak nanti tangan Mark nyentuh itu gue. Tapi kalo engga, gue udah mulai sesak nafas juga."

Saat Haechan sedang berperang dengan kebimbangannya tiba-tiba tangan Mark yang dibelahan bokongnya bergerak dan menyentuh tepat sana.

"Ahh," desah Haechan secara tak sengaja. Sialan, pikirnya.

Mark membuka matanya dan melihat wajah Haechan yang sudah memerah. Lalu tangan Mark merasakan benda yang bulat dan kenyal, jadi ia mainkan dengan meremas dan menusuk benda itu.

Haechan kembali mendesah pelan, "ahh."

"Ini apa? Ko terasa enak dipegang," ucap Mark yang masih belum sadar apa yang sedang ia lakukan.

Haechan tidak tahan karna Mark semakin jauh menyentuh dibelahan bokongnya, jadi ia menampar pipi Mark.

"Bangsat!"

Rival [Markhyuck] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang