Rival 22

16K 1.7K 29
                                    

9 bulan kemudian.

Sudah 9 bulan berlalu. Kini Haechan sebentar lagi akan lulus dari sekolah nya.

Sekarang hari minggu dan keluarga Seo tengah berkumpul dengan ke hadiran bayi berumur 10 bulan. Bayi itu anak dari Hendery dan Xiaojun yang berjenis kelamin laki-laki, namanya Seo Heojun.

"Gemesnya ponakan ku," ucap Haechan dan mencium pipi tembam Heojun berulang kali. Sampai bayi itu tertawa geli.

Xiaojun datang membawa botol susu untuk Heojun minum. Tadi bayi itu sempat menangis karna ingin susu. Sudah di buatkan malah tertawa bersama Haechan, tidak lagi menangis.

"Sini sayang minum susunya dulu, udah mama buatkan." Heojun di angkat dari pangkuan Haechan dan di tidurkan di lengan Xiaojun.

Heojun langsung meminum susunya rakus sekali.

"Ututu~ haus banget ya."

"Mau punya satu kaya gini ga, Chan?"

"Mau. Tapi ntar kalo udah nikah, masa belum nikah udah ada bayi. Huh, jangan sampe ah."

"Awas nanti punya bayi duluan sebelum nikah." Xiaojun hanya menakuti-nakuti adik iparnya.

"Engga, aku kan pandai jaga diri. Semisal nanti ada yang mau perkosa aku, aku bakal hajar tuh orang sampe bonyok." Haechan meragakan gerakan tinju.

Xiaojun tertawa. Haechan sudah berumur 19 tapi tingkahnya masih seperti anak kecil.

"Mau masuk ke jurusan apa nanti?"

"Musik."

"Eh? Engga bisnis kaya Mark? Biasanya kan kamu selalu ikutin apa yang Mark lakuin."

"Malas. Ngapain masuk ke jurusan bisnis, nanti ketemu dia terus. Lagian aku ga terlalu paham sama bisnis-bisnis gitu."

Sekarang Haechan sudah menjadi dirinya sendiri. Tidak lagi ingin selalu menang dari Mark dan melampaui kemampuan nya hanya untuk bisa kalahkan Mark. Xiaojun senang karna Haechan sudah menerima dirinya sendiri dan mengikuti apa yang dia mau.

"Ga salah kamu masuk ke sana. Suara kamu kan bagus banget, kaya mae."

Haechan mengibaskan rambut pendeknya ke belakang.

"Iya dong. Anak Seo Ten gitu."

Plak.

"Ga sopan manggil orang tua pake namanya!" Ten datang langsung mengeplak kepala Haechan.

"Mae! Sakit tau."

Ten memutar bola matanya. Ten melihat cucunya yang sudah tertidur dengan botol susu yang kosong tapi masih saja di sedot olehnya.

"Mae pengen gendong, tapi dia udah tidur."

"Nanti lagi ya mae. Heojun nya mau aku pindahin ke kamar."

Ten angguk dan Xiaojun berjalan pergi dengan hati-hati takut anaknya terbangun.

Saat di tangga awal Xiaojun menghela nafasnya lalu rifleks berteriak pada Ten.

"MAE, KENAPA HARUS ADA TANGGA NYA SI?! DEJUN CAPE NAIK TURUN TANGGA SAMBIL BAWA SI GENDUT HEOJUN!"

Mama ga ada akhlak. Anak sendiri di sebut gendut, tapi emang bener si.

Heojun bangun dan menangis kencang karna kaget mendengar teriakan keras mama nya.

"Aduh, maaf sayang. Cup...cup...cup." Xiaojun memukul pantat Heojun dan menimangnya agar tertidur kembali, tapi tangisan Heojun semakin kencang.

Xiaojun berjalan cepat ke Ten dengan mata yang berkaca-kaca. Xiaojun panik karna Heojun menangis kencang.

"Mae, Heojun kenapa? Nangisnya kenceng banget."

Rival [Markhyuck] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang