3 • Kebiasaan Angkasa

2.1K 263 6
                                    

Suara adzan subuh yang berkumandang indah ternyata berhasil membangunkan seorang Angkasa yang awalnya begitu nyenyak dalam tidurnya

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Suara adzan subuh yang berkumandang indah ternyata berhasil membangunkan seorang Angkasa yang awalnya begitu nyenyak dalam tidurnya. Ia duduk, merenggangkan tubuhnya yang terasa begitu pegal dan sakit karena terus dipeluk Langit serta luka-luka yang dibuat oleh Bibi Neta.

Ah, mengingat itu rasanya Angkasa hanya bisa tersenyum saja. Entah sampai kapan ia harus seperti ini, menerima semua perlakuan tidak adil serta menunggu janji sang ibu yang katanya ingin menjemput, tapi tak kunjung juga datang.

Beralih dari pemikirannya yang mungkin tak akan habis jika terus memikirkan hal tersebut, Angkasa lebih memilih menatap wajah cerah Langit yang tertidur lelap. Tampak sangat nyenyak sekali. Tangannya terulur menyentuh bagian dagu yang masih sedikit memerah.

"Ini pasti sakit, maafin Abang ya."

Suasana kamar yang sepi karena semua anak panti masih terlelap itu membuat suara Angkasa terdengar jelas. Namun, anak itu tidak mau terlalu larut dan menganggu mereka semua yang tampak sangat nyenyak. Setelah membenarkan letak selimut untuk Langit dan Dika. Angkasa langsung bangkit dari posisinya dan keluar dari ruangan tersebut.

Sebelum benar-benar menutup pintu, Angkasa kembali menatap adiknya yang sekarang memeluk Dika begitu erat. Ia tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum.

"Lucu," kekehnya dan langsung menutup pintu ruangan itu.

Angkasa kembali melangkah menuju kamar mandi, ia akan membersihkan tubuhnya lalu pergi menuju mushola yang letaknya tidak begitu jauh dari panti. Ini memang kebiasaan Angkasa, jika sehari saja ia tidak pergi ke mushola itu pasti rasanya ada yang kurang.

Awalnya Dika juga selalu menemani ia jika pergi ke sana, tapi akhir-akhir ini Angkasa tak tega untuk membangunkan temannya itu. Dika tampak sangat lelah sekali dan ia cukup tahu hari seperti apa yang temannya itu jalani.

"Kapan ya bisa beli peci baru sama beliin Langit perlengkapan shalat?" monolog Angkasa seraya memasang peci hitam yang warnanya sudah memudar. Bahkan, ukurannya saja bisa dibilang agak kecil dari yang seharusnya Angkasa pakai.

Ia terkekeh kecil, menyadari keinginannya dari beberapa tahun yang lalu, tapi tidak kunjung tercapai. Bagaimana tidak, setiap ia mengumpulkan sedikit hasil kerjanya. Neta pasti selalu berhasil menemukan tempat ia menyimpan uang tersebut dan berakhir dirinya mendapatkan hukuman karena sudah berani membohongi wanita paruh baya itu.

"Mungkin belum waktunya, ya? Nggak pa-pa deh, besok aku bakalan nabung lagi buat beliin Langit perlengkapan shalat dan mainan," ucapnya seraya tersenyum penuh semangat.

Angkasa sudah rapi, ia siap menuju mushola yang hanya membutuhkan beberapa langkah saja.

Anak laki-laki itu tersenyum, menyadari tempat tujuannya terlihat cukup ramai kali ini.

Langit Angkasa [SELESAI]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें