31 • Dari Angkasa untuk Langit

1.4K 151 6
                                    

Follow Secrettaa
Jangan lupa vote+komen🐣

Satu minggu telah berlalu dari kejadian penusukan Angkasa waktu itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satu minggu telah berlalu dari kejadian penusukan Angkasa waktu itu. Keadaannya pun mulai membaik, meski harus tetap dirawat di rumah sakit dan tidak boleh banyak bergerak karena takut sewaktu-waktu, luka bekas operasi yang belum kering sempurna itu menimbulkan efek lain.

"Abang bosan ya?" Pertanyaan polos dari Langit membuat Angkasa terkekeh.

"Abang atau Langit yang bosan, hm?" Angkasa balik bertanya pada Langit.

Anak kecil yang masih memegang mainan robot dan mobil itu mencebikkan bibirnya kesal. "Kok Abang tau sih," gumamnya.

"Jadi Langit bosan nemenin Abang di rumah sakit terus nih, ceritanya."

Spontan Langit menggeleng. "Enggak, bukan bosan nemenin Abangnya, tapi bosan kalena main sendili telus, gitu! Langit bosan kalena Abang ndak boleh banyak gelak kata ayah. Bukan bosan nemenin Abang. Langit ndak tau ah, pokoknya gitu!" ujar Langit kebingungan dan akhirnya ikut naik ke ranjang pesakitan Angkasa.

Tangan mungilnya menyentuh dahi Angkasa dan sekitar lehernya. "Ndak panas lagi, belalti Abang udah ndak demam."

Memang akhir-akhir ini kondisi tubuh Angkasa seringkali menurun, bahkan terkadang ia tiba-tiba demam, seperti malam tadi. Membuat sang ayah terus khawatir, begitupula dengan Langit.

"Ayah kok lama banget ya, Bang. Langit udah lapal tau," gerutu Langit dan mengarahkan tangan Angkasa untuk mengusap kepalanya.

Tentu Angkasa menurut saja, senyumannya tak pernah pudar ketika mendengar celotehan Langit. Rasanya, Angkasa ingin berlama-lama memandangi wajah sang adik, seolah waktunya hanya tersisa sedikit.

"Kata Ayah, tahun depan kita bakal masuk sekolah baleng-baleng tau, Bang. Nanti Ayah yang antal kita ke sekolah, kayak Ibunya Kak Jingga yang di sekolah Abang dulu!"

Angkasa terus mendengarkan, tanpa berniat menyela barang sebentar. Mendengar kata ibu yang Langit lontarkan, rasanya Angkasa sudah tidak lagi berharap apa-apa pada sosok itu, mungkin.

Ia hanya ingin berhenti berharap, berharap pada sang ibu yang entah kapan akan kembali mengingatnya dan juga Langit. Angkasa terlalu lelah untuk kembali harus percaya akan takdir yang entah kapan membuat ibunya kembali.

"Langit ndak sabal pengen ke sekolah baleng Abang lagi. Ah, itu Ayah, Bang!" Langit bergegas turun dari ranjang dan berlari menuju pintu. Ia merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, bahkan sepertinya Langit tak sadar telah meninggalkan mainannya begitu saja di atas ranjang Angkasa.

"Gendong Langit, Yah!" pintanya yang langsung dituruti oleh Regan.

Sebelah tangannya membawa beberapa belanjaan dan juga barang yang Angkasa inginkan.

Langit Angkasa [SELESAI]Where stories live. Discover now