13 • Langit Angkasa serta luka

1.3K 186 30
                                    

•••Happy reading•••

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

•••Happy reading•••

"Bibi, Langit mohon bukain pintunya. Langit mau ketemu Abang ...."

Neta yang tengah asik berbaring, terus saja menutup kedua telinganya menggunakan bantal. Suara anak kecil serta ketukan pintu itu sangat menganggu waktu istirahatnya.

"Bibi maafin Langit sama Abang."

Sialan. Umpat Neta dalam hati, bukannya beranjak dari tempatnya perempuan tersebut justru semakin menghiraukan permintaan maaf Langit.

"Bibi, Langit mohon ...."

"Langit minta maaf, Bi."

Suara anak kecil yang tidak lain adalah Langit, terdengar serak dan bergetar.

Neta tahu, bahkan sangat tahu bahwa Langit terus menangis tanpa henti. Bahkan, mungkin anak kecil itu menangis sedari Angkasa ia tarik keluar dari kamar.

Ketukan terus terdengar, diiringi suara permohonan serta tangisan pilu menyakitkan.

"Langit, kita ke kamar aja ya. Bang An--"

"Langit mau Abang, Langit mau ketemu Abang Angkasa!"

Neta mengerutkan dahinya, berarti sedari tadi anak kecil itu hanya sendiri di sana dan sekarang ada Dika yang menemaninya. Kepalanya semakin pusing mendengar rengekkan dari Langit yang seolah tidak ada lelahnya sama sekali. Serta suara Dika yang terus membujuk Langit agar kembali ke kamar.

"Abang kamu udah tidur! Sekarang balik ke kamar kalian, selagi saya masih sabar?!" teriak Neta. Pada akhirnya, ia tidak bisa mendiamkan anak-anak itu.

Beberapa menit berlalu, tidak ada lagi suara dari depan pintu kamarnya. Neta menghela napas lega, berpikir jika mereka sudah pergi dari sana.

"Bibi ndak bohong 'kan?"

Dan ketenangan yang baru saja ia rasakan, ternyata hanya terasa sebentar karena suara khas anak kecil dari Langit kembali muncul dipendengarannya.

"Pergi dari depan pintu kamar saya! Anak pelacur, sialan."

Kedua anak yang masih betah di depan pintu itu terperanjat mendengar makian dari Neta.

Terutama Langit. Dia semakin menunduk, menatap kaki kecilnya. Air matanya pun terus mengalir saat mendengar kata makian terucap begitu saja tanpa beban dari mulut Neta.

Tepukan di bahunya, membuat Langit segera mendongak. Menatap Dika yang terlihat mengantuk.

"Ayo pergi. Besok aja ya, ketemu Abang Angkasa nya."

"T-tapi ...." Ada perasaan tak rela saat dengan terpaksa Langit harus menurut begitu saja. Bagaimanapun juga, ia tidak boleh membuat Dika terlibat dengan Bibi Neta.

Mungkin besok Langit akan kembali mendatangi kamar Bibi Neta dan menanyakan di mana abang tercintanya berada.

Meskipun malam ini Langit tidak yakin ia bisa terlelap dengan tenang. Sebab sang Angkasa entah berada di mana dan dalam keadaan bagaimana.

Langit Angkasa [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora