32 • Dia ingat

1.2K 137 15
                                    

Follow Secrettaa
Jangan lupa vote+komen🐣

"Kenapa dari awal kamu nggak mau jujur sama aku, Mas?" Dengan suara bergetar perempuan itu berusaha menatap laki-laki di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa dari awal kamu nggak mau jujur sama aku, Mas?" Dengan suara bergetar perempuan itu berusaha menatap laki-laki di depannya. Laki-laki yang awalnya beruntung bisa ia dapatkan.

Namun, tidak dengan sekarang. Saat semua kenangan menyakitkan benar-benar telah ia ingat dan tidak ada lagi kebohongan.

"Kenapa kamu nutupin ini semua dari aku? Aku ibu mereka, aku yang lahirin mereka Mas...." Raini terus meracau dengan tangis yang semakin pecah.

Tidak pernah terbayangkan jika ternyata selama ini, ia dibohongi.

"Aku gini juga supaya kamu nggak terluka lagi, Raini."

Raini menggeleng, tatapannya kali ini terlihat sangat terluka. "Tapi bukan gini caranya Mas. Aku berusaha ingin ingatan aku kembali, tapi kamu yang justru buat aku semakin lupa sama masa lalu aku dan juga mereka!"

Restu kembali diam dengan tangan yang semakin menggenggam erat botol obat milik Raini.

"Ibu kenapa?" celetuk Jingga ketika mendapati sang ibu tengah duduk di lantai dengan tangisan yang terdengar menyakitkan.

Cepat-cepat Restu bangkit dari duduknya seraya berkata, "Ibu nggak kenapa-kenapa, cuma lagi sedih karena harus minum obat lagi. Jingga samperin Bang Revan aja ya."

Meski ragu dan rasa ingin memeluk sang ibu begitu besar, Jingga pun menuruti perkataan ayahnya dan segera pergi dari sana.

"Aku mau ketemu Langit Angkasa," ujar Raini lemah.

"Minum obat kamu Raini!" tegas Restu, tentu saja ia tidak akan mengizinkan istrinya tersebut bertemu kedua anak laki-laki yang menurutnya sangat menganggu; menganggu keluarga kecilnya yang sudah bahagia dan Restu tidak akan membiarkan semuanya berakhir sia-sia.

Dengan tegas Raini menggeleng, menolak perintah sang suami yang sekarang tampak jengkel.

"Lebih baik kamu lupain mereka Raini, lagipula ayah mereka udah datang kan? Kamu nggak perlu mikirin mereka lagi, mereka udah hidup bahagia. Begitu juga kamu, Raini."

"Kamu pikir selama ini aku bahagia? Kamu pikir aku bahagia hidup dengan penuh kebohongan? Aku kekeuh pengen ingat semuanya, tapi kamu dengan nggak berperasaan malah buat aku semakin lupa dengan nyuruh minum obat sialan itu?! Aku nggak bisa dibodohi lagi Mas, aku udah ingat semuanya! Aku ingat siapa aku, siapa anak laki-laki bernama Langit dan Angkasa yang kehadirannya nggak kamu terima itu, bahkan dengan tega kamu ngusir dia dari rumah ini. Padahal dia cuma mau ketemu aku, Mas...."

Plak!

"Jaga ucapan kamu!" ujar Restu setelah melayangkan tamparan pada pipi mulus itu. Napasnya tampak memburu, menandakan bagaimana emosinya Restu sekarang.

Langit Angkasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang