30 • Firasat

1.2K 166 67
                                    

Follow Secrettaa
Jangan lupa vote+komen🐣

Follow SecrettaaJangan lupa vote+komen🐣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prang!

Suara pecahan kaca yang berasal dari dapur berhasil membuat Restu dan kedua anaknya kaget dan langsung berlari menuju asal suara.

Restu menatap khawatir Raini yang tampak terpaku dengan tatapan kosong.

"Kamu nggak pa-pa? Ada yang luka nggak? Duduk aja dulu, biar aku yang bersihin." Restu menuntun tubuh sang istri agar duduk.

Revan dan Jingga mendekati sang ibu yang sepertinya masih syok.

"Ibu nggak pa-pa 'kan?" tanya Revan seraya memberikan segelas air putih.

"Makasih ya. Ibu nggak pa-pa kok, tadi tangan ibu licin kayaknya, jadi nggak kuat megang gelas," tutur Raini seraya tersenyum.

"Ibu beneran nggak pa-pa 'kan?"

"Iya. Ibu baik-baik aja kok, Jingga sama Revan nggak usah khawatir." Raini menggusap rambut kedua anaknya secara bergantian. "Udah malam, kalian tidur gih."

"Ya udah, kami ke kamar duluan ya," pamit Revan menggandeng Jingga yang memang sudah mengantuk.

"Selamat malam Ibu, Ayah."

"Selamat malam, anak-anak Ibu. Langsung tidur ya, jangan begadang," nasehat Raini dengan senyum tipis menatap kedua anaknya.

Restu yang sudah selesai membersihkan pecahan kaca itupun bergegas menghampiri istrinya yang kembali melamun. 

"Kamu mikirin apa sih, melamun mulu kayaknya," celetuk Restu seraya memeluk Raini.

"Nggak tau juga Mas, tiba-tiba perasaanku jadi nggak enak."

Aku juga kepikiran sama Angkasa, batin Raini.

Ia sengaja tidak mengatakan semuanya, sebab tak mau membuat Restu kecewa. Entah kenapa juga perasaannya tidak enak sedari tadi dan terus kepikiran sosok remaja yang tidak lain adalah Angkasa.

Seolah ada hal buruk yang akan menimpa anak tersebut dan Raini sangat mengkhawatirkannya sekarang, tetapi semoga saja anak itu baik-baik saja.

"Beneran nggak mikirin apa-apa?" tanya Restu yang sepertinya tidak terlalu percaya dengan ucapan sang istri.

Raini terkekeh dan mengangguk tegas. "Benaran loh Mas. Aku ngantuk, mending kita tidur, yuk."

Meski ragu, Restu tetap mengiyakan ajakan Raini. Keduanya pergi menuju kamar mereka dengan diselingi candaan yang tentu saja dilontarkan oleh Restu.

Wajah sang istri yang awalnya ia lihat pucat, kini kembali tampak cerah. Apalagi senyum dan tawa itu, membuatnya betah berlama-lama menatap sang pujaan hati tanpa tahu bahwa yang terlihat baik-baik saja tetap memendam luka.

Langit Angkasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang