9 • Penyelamat Langit, Gani

1.2K 211 9
                                    

Angkasa tidak pernah menyangka, jika takdir sebercanda ini padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angkasa tidak pernah menyangka, jika takdir sebercanda ini padanya. Perasaan sedih dan kecewa lagi-lagi bertamu padanya.

"Abang ... nggak bisa kalau harus kehilangan Langit. Abang cuma punya Langit." Bibirnya bergetar hebat setiap mengeluarkan kata-kata yang menyayat hati tersebut.

Dia memeluk Langit penuh haru, tidak melepaskan pelukan itu walaupun satu detik saja. Angkasa sangat menyayangi adiknya. Dia benar-benar takut kehilangan sosok menggemaskan penebar bahagia dalam hidupnya.

Orang-orang disekelilingi mereka menatap penuh haru pemandangan itu. Seolah sangat sayang untuk dilewatkan.

"Adiknya baik-baik aja 'kan?" tanya salah seorang warga pada Angkasa yang langsung mengangguk.

"Baik kok, Pak. Sekali lagi terima kasih sudah menyelamatkan adik saya. Kalau nggak ada Bapak, Angkasa nggak tau lagi sekarang gimana." Dengan wajah basah penuh air mata, Angkasa menatap laki-laki berpakaian rapi itu seraya mengucapkan terima kasih tiada tara.

"Iya, sama-sama. Ini pertemuan kedua kita, dan kamu masih saja memanggil saya dengan sebutan 'Pak'. Apa kamu sudah lupa dengan saya?" tanya laki-laki itu menatap intens pada Angkasa yang tampak berusaha mengingat sang penyelamat adiknya ini.

Ah, Angkasa ingat. Ternyata orang ini adalah orang yang ia temui subuh tadi. Orang yang kehilangan dompetnya dan Angkasalah yang berhasil menemukannya.

"Maaf Kak, Angkasa lupa. Sekali lagi terima kasih, Kak," ujar Angkasa pada akhirnya.

Laki-laki yang bernama Gani tersebut hanya membalasnya dengan senyuman. Sebelah tangannya terangkat begitu saja mengusap kepala Angkasa yang masih setia memeluk adik kesayangannya.

"Bang Angkasa, Langit ndak pa-pa. Kasian kucingnya kejepit, kalena Abang meluk Langit telus," bisik Langit berusaha melepaskan pelukan sang abang.

Kejadian beberapa saat lalu bisa saja berakhir buruk jika tidak ada malaikat penolong yang menyelamatkan adiknya. Dan Angkasa, pasti akan merasa teraniaya jika itu semua memang nyata. Sekarang saja dia sudah merasa sangat kecewa dengan dirinya sendiri karena telah lalai menjaga Langit.

Angkasa tidak bisa membayangkan hari-harinya tanpa celotehan Langit serta tawa dan senyum tulus penuh bahagia.

"Lain kali, jangan ke tengah jalan lagi ya. Apalagi jalannya ramai, banyak kendaraan, bahaya," nasehat Dika yang sedari tadi hanya memperhatikan ketiganya.

"Jangan buat Abang khawatir lagi ya," tambah Angkasa sambil mencium puncak kepala sang adik sebelum melepaskan pelukannya.

"Iya Abang, maafin Langit ya ...."

Dika menghela napas lega, dia sempat khawatir dan merasa jengkel tadinya. Namun, melihat reaksi Angkasa yang justru tersenyum mengiyakan, membuatnya tidak bisa bereaksi apa-apa. Lagipula, Langit masih terlalu kecil untuk mengerti segalanya.

Langit Angkasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang