Follow WP Secrettaa
Jangan lupa vote+komen🐣"Ibu Angkasa masih hidup, di depan Angkasa sekarang. Kenapa Ibu malah nanya hal yang harusnya Ibu tau jawabannya seperti apa?"
•
Matahari mulai turun, cahayanya yang sangat terang kini tidak terlihat lagi dan perlahan digantikan oleh cahaya rembulan.
Angkasa menatap jalanan ibu kota yang masih terlihat ramai oleh kendaraan. Ia sudah menyetor hasil menjual tisu hari ini dan sekarang dirinya kembali pada jalanan siang tadi. Entah kenapa, dia justru kembali ke kursi ini. Tempat di mana ia saling bertatapan dengan sang ibu.
"Aku emang bodoh ya, ngapain coba balik lagi ke sini. Ibu pasti udah pulang ...."
Angkasa terkekeh, menyadari kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya ia mengharapkan sang ibu masih berada di cafe depan sana dan tengah memandang ia seperti siang tadi.
Bosan karena hanya duduk di sana, Angkasa pun perlahan melangkahkan kakinya. Memang ia tidak tahu tujuannya sekarang ke mana, sebab setelah pencarian Langit hari ini masih belum juga menemukan titik terang. Selebaran kertas yang berada di pelukannya memang mulai menipis, tapi juga jawabannya masih sama.
Angkasa memang berhasil mendapatkan upah lebih dan akhirnya bisa membuat brosur orang hilang seperti saran Dika, tapi nyatanya itu juga belum berhasil membuat ia bertemu dengan Langit sang adik tercinta.
"Duh, hujan!"
Semesta memang selalu penuh dengan tanda tanya, padahal langit sama sekali tidak memberikan tanda, tapi air itu turun tiba-tiba. Membasahi setiap apa yang ada di bumi, termasuk sosok remaja yang sekarang sibuk berlari seraya memeluk erat kertas di dadanya.
Akhirnya Angkasa memutuskan untuk berteduh di depan sebuah toko yang sudah tutup. Berdiri menatapi rintik hujan yang semakin berlomba untuk turun. Ia memasukkan selebaran itu ke dalam tasnya, menyelipkannya diantara bajunya yang tidak seberapa.
Angkasa bersyukur isi tasnya tidak terlalu basah, meskipun tubuhnya sendiri sudah basah kuyup. Dalam keadaan seperti inipun Angkasa masih bisa tersenyum.
"Kapan hujannya berhenti sih?" gumamnya. Karena hujan malah semakin lebat Angkasa memutuskan untuk duduk di sana. Jujur saja, saat ini ia memang tidak tahu tujuannya ke mana. Ia sudah memutuskan untuk keluar dari panti mulai hari ini, meskipun tanpa persetujuan Bibi Neta.
Angkasa memilih mengakhiri deritanya di sana, lagipula Langit juga tidak ada. Untuk apalagi dia masih bertahan di sana. Menerima hukuman dari sang Bibi atau menunggu sang ibu yang jelas-jelas sudah bahagia? Angkasa tertawa dengan pikirannya barusan.
BẠN ĐANG ĐỌC
Langit Angkasa [SELESAI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Bagi Langit, anak laki-laki berlesung pipi itu, Angkasa adalah segalanya dan begitu pula sebaliknya. Di saat anak lain sibuk mengadu pada kedua orang tuanya-keluarga. Langit dan Angkasa hanya memiliki satu sama lain untuk s...