Follow @Secrettaa
Jangan lupa vote+komen🐣01:00
Meski jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, sosok itu masih belum bisa memejamkan matanya sepenuhnya. Bayang-bayang kejadian beberapa jam yang lalu masih jelas membekas diingatan.
Bagaimana istrinya terlihat begitu bahagia, juga lugas dalam bercerita. Bukan, bukan dirinya tidak ikut bahagia dengan hal tersebut, tetapi ada sisi di dalam dirinya yang menolak alasan bahagia itu.
"Aku ngerasa dekat banget sama Angkasa. Kayak anak dan ibu, Mas."
"Apalagi tadi waktu aku habis cium keningnya, itu kayak ngingatin aku sama suatu momen yang emang nggak jelas sih di ingatan aku, tapi rasanya bahagia aja Mas."
"Apa jangan-jangan, Angkasa itu anak aku ya, Mas?"
Kalimat itu kembali berputar di telinganya, memaksa Restu agar sadar.
Tatapannya beralih pada Raini yang sudah tampak terlelap di sampingnya. Sebelah tangannya terulur, mengusap lembut pipi itu. Lalu senyumnya terbit.
"Kamu nggak bakal kemana-mana dan akan terus bersama aku, Raini." Restu mengecup dahi istrinya cukup lama.
"Lebih baik kamu tetap lupain semuanya daripada aku liat kamu terluka."
Restu sangat menyayangi Raini melebihi apapun dan tentu saja ia tidak akan rela jika harus kehilangan istrinya. Meski semua penyebab masalah berasal dari dirinya.
Restu sangat egois, apalagi menyangkut Raini. Karena setelah apa yang terjadi, hanya Raini yang mampu membuatnya kembali merasakan cinta. Dia sudah bahagia dengan semua ini, keluarga yang harmonis dengan istri cantik dan dua orang anak sebagai pelengkap.
Terlalu sayang 'kan, jika semua yang ia miliki harus menjadi tidak lagi seperti biasanya. Setelah merasa puas menatap wajah istrinya, Restu beranjak dari tempat tidur tanpa menimbulkan suara karena takut tidur Raini akan terganggu.
Ia berjalan ke luar kamar. Tujuannya sekarang adalah dapur, Restu berniat mengambil air minum karena entah kenapa rasa haus tiba-tiba menghampirinya.
Keadaan rumah tentu sepi, apalagi di jam-jam seperti ini. Restu tetap santai, bahkan setelah menuntaskan dahaganya, ia masih betah berada di dapur.
"Om, Angkasa boleh minta air minumnya?"
Pandangan Restu langsung beralih pada Angkasa saat mendengar suaranya. Tanpa mengeluarkan suara dan hanya mengangguk, Restu memberikan jawabannya. Terkesan dingin dan cuek, sangat berbeda sekali dengan Restu saat bersama istri dan kedua anaknya.
Angkasa yang menyadari itu hanya menampilkan senyum tipisnya dan segera meminum air di gelas hingga tandas tak tersisa.
"Makasih, Om. Angkasa ke--"
ΔΙΑΒΑΖΕΙΣ
Langit Angkasa [SELESAI]
Εφηβική Φαντασία[FOLLOW SEBELUM BACA YA] Bagi Langit, anak laki-laki berlesung pipi itu, Angkasa adalah segalanya dan begitu pula sebaliknya. Di saat anak lain sibuk mengadu pada kedua orang tuanya-keluarga. Langit dan Angkasa hanya memiliki satu sama lain untuk s...