10 • Perihal kertas biru

1K 172 12
                                    

"Kemana aja kamu, baru pulang jam segini?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kemana aja kamu, baru pulang jam segini?!"

Baru saja Angkasa melepaskan sepatu yang dipakainya, suara dari wanita paruh baya itu berhasil mengagetkannya. Bukan hanya Angkasa, tapi Langit pun sama. Apalagi anak kecil itu tampak terlelap di pelukan sang abang.

Angkasa mengusap punggung adiknya, membuat Langit yang semula terusik kembali nyenyak dalam alam mimpi.

"Maaf Bi, tapi bukannya Angkasa pulang memang jam segini ya batasnya. Enggak larut malam juga kok, Bi," jelasnya tidak begitu didengar oleh Neta yang justru langsung melenggang masuk.

Entah apa maksudnya, remaja itu tidak paham. Dia kembali melangkahkan kakinya menuju kamar, berjalan pelan-pelan agar Langit tidak terbangun. Melihat wajah polos sehabis menangis itu, selalu berhasil membuat Angkasa merasa tenang.

Apa yang dia dan sang adik hadapi hari ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi Angkasa untuk terus berhati-hati dalam menjaga adik satu-satunya. Begitu pula dengan sosok wanita paruh baya. Ibu dari Jingga, yang masih menjadi tanya.

Angkasa tidak mau terlalu larut lagi dalam memikirkan itu semua. Biarkan takdir yang berbicara, bagaimana langkah selanjutnya dari kehidupan dia dan sang adik kedepannya. Yang Angkasa inginkan saat ini hanya satu hal; Langit, adik kecilnya tetap baik-baik saja dan selalu ada di sisinya sepanjang masa.

Mungkin nanti, besok atau bahkan beberapa menit ke depan keinginannya bisa saja bertambah, tapi tetap Langit di atas segala-galanya bagi Angkasa.

"Udah tidur aja si Langit," celetuk Dika saat menyadari Angkasa baru memasuki kamar yang sudah sangat ramai.

Angkasa mengangguk, menempatkan sang adik kecil di tempat tidur yang besarnya tidak seberapa itu. Membenarkan posisi dan menyelimuti tubuh mungil adiknya.

"Kamu jangan ganggu adik aku dulu, dia kayaknya capek banget hari ini," peringat Angkasa yang mau tidak mau harus Dika turuti.

Angkasa jika dalam mode serius terkadang memang lebih dewasa dibanding umurnya, dan Dika tidak bisa menyangkal fakta itu. Bahkan, terkadang Dika juga heran. Kenapa bisa ada orang seperti Angkasa yang mahir dalam segala hal, tapi tidak bisa dalam hal pelajaran.

"Kamu mandi dulu sana, bau," tutur Dika kelewat jujur yang sukses membuat Angkasa semakin mendekatkan tubuhnya.

"Nih, cium!" ujarnya seraya mengarahkan bagian ketiaknya pada Dika yang kesal.

"Angkasa jangan jorok! Aku udah mandi tau, sana cepetan kamu mandi. Nanti dimarahin Bibi lagi." Dika mendorong tubuh itu agar segera keluar dari kamar.

Angkasa menuruti perkataan Dika yang memang ada benarnya juga. Jika terlambat berkumpul nanti, dia sendiri yang akan menanggung akibatnya.

"Kapan ya, Ibu ke sini?" gumamnya menatap keluar jendela panti yang memperlihatkan dua pasangan muda, tampak tersenyum bahagia.

Langit Angkasa [SELESAI]Where stories live. Discover now