28 • Hari-hari bahagia

1K 168 18
                                    

Follow Secrettaa
Jangan lupa vote+komen🐣

Pertemuan kemarin siang, benar-benar membuat segalanya berubah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pertemuan kemarin siang, benar-benar membuat segalanya berubah. Kisah yang Regan ceritakan pada Angkasa, serta penjelasan tentang masa lalunya yang padahal masih terlalu sulit Angkasa cerna. Semua sudah jelas, tetapi Angkasa masih merasa asing dengan ini semua.

"Abang ndak sekolah lagi, ya?"

"Enggak," jawab Angkasa dengan tatapan yang tidak pernah lepas dari adiknya. Ia terlalu bahagia sampai tidak bisa untuk tak menatap Langit walau sedetik saja.

"Kamu tambah gendut, makin gemes." Angkasa memang sengaja mengubah topik pembicaraan mereka, agar Langit tidak terlalu memikirkan persoalan dirinya, karena sekarang mereka sudah bersama kembali.

"Ih, Langit malu Bang dibilang gemes. Langit gendut gini kalena makan telus! Ayah tuh, nyuluh Langit makan banyak-banyak, bial cepat besal kayak Om Gani katanya."

Angkasa mencubit gemas kedua pipi yang bertambah gembul itu.

"Kalian udah mandi?"

Sebuah suara berhasil membuat kedua anak laki-laki itu menoleh. Langit Angkasa kompak menggeleng. Mereka terlalu asik bersenda gurau sampai lupa bahwa pagi ini telah ada janji dengan sang ayah.

"Kenapa belum mandi, hm?" Regan ikut duduk di kasur yang di tempati Langit dan Angkasa. Menatap kedua anaknya penuh sayang.

"Kita asik ngoblol Yah."

Kening Regan berkerut, ia masih belum sepenuhnya paham dengan gaya bicara Langit walaupun waktu satu bulan lebih sudah berlalu. "Ngobrol?"

Langit mengangguk. "Iya, celita-celita gitu loh, Yah. Bang Angkasa udah ndak sekolah lagi telnyata. Biasa Langit seling banget ikut Abang sekolah, belajal sama bu gulu cantik ...."

Regan tidak menanyakan alasan Angkasa berhenti sekolah, karena ia sudah tahu jawabannya. Anak laki-lakinya itu pasti sibuk mencari sang adik dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sampai harus merelakan pendidikannya. Ia juga sudah berniat memasukkan Angkasa ke salah satu sekolah favorit di kota ini.

Mungkin nanti ia akan membicarakan hal ini pada Gani dan meminta bantuannya lagi.

Namun, pernyataan dari Angkasa berhasil membuat Regan tidak percaya.

"Angkasa nggak mau sekolah." 

"Kenapa?" Regan memfokuskan tatapan pada Angkasa, wajah yang hampir mirip dengan dirinya itu tampak menampilkan senyum pedih penuh tanda tanya.

Angkasa menghela napas, sebenarnya ia juga masih ragu dengan keputusannya. "Angkasa bodoh ...."

"Bang Angkasa ndak bodoh!" sela Langit dengan wajah marah. "Abang Angkasa pintal! Bang Angkasa bisa nulis sama baca, buktinya dulu Langit belajalnya sama Abang."

Langit Angkasa [SELESAI]Where stories live. Discover now