29 • Janji dan tragedi

1.1K 171 13
                                    

Follow Secrettaa
Jangan lupa vote+komen🐣

Setelah hampir seharian menghabiskan waktu di mall, Regan serta kedua anaknya dan juga Gani kini tengah menikmati makan malam bersama di sebuah warung makan sederhana, sesuai permintaan Langit Angkasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah hampir seharian menghabiskan waktu di mall, Regan serta kedua anaknya dan juga Gani kini tengah menikmati makan malam bersama di sebuah warung makan sederhana, sesuai permintaan Langit Angkasa.

"Padahal ayah kamu uangnya banyak loh Angkasa, makan di restoran mewah mah nggak ada apa-apanya."

"Berisik, makan yang bener!" sinis Regan seraya menyuap nasi serta ayam geprek miliknya.

Angkasa hanya tersenyum menanggapi gurauan dari Gani dan respon sang ayah yang tampak kesal.

Wajah memerah Regan yang sepertinya tidak tahan dengan sambal, berhasil menarik perhatian mereka. Tak terkecuali Langit yang masih asik menikmati makanannya.

"Minum yah." Angkasa menuangkan air putih, bergegas memberikannya pada sang ayah yang langsung disambut hangat oleh Regan.

"Sambalnya kok pedes ya," ujarnya, tapi tetap kembali memakan ayam geprek itu. Seolah rasa pedas adalah candu, membuatnya selalu ingin memakannya hingga tak bersisa.

"Punya Langit ndak pedes loh Yah. Enak! Punya Abang pedes ndak?"

Angkasa menggeleng. "Ini sih pedesnya kurang," tuturnya seraya terkekeh saat melihat ekspresi tak percaya sang ayah.

"Anak-anak Ayah ternyata pada jago makan sambal ya."

"Iya dong! Langit udah lama pengen makan ayam geplek ini. Alhamdulillah sekalang telwujud, apalagi makannya sama ayah dan abang, juga Om Gani!"

"Kenapa nggak dari kemarin bilang?"

Langit menghentikan kunyahannya, lalu menatap Angkasa. "Kalena ndak ada abang, hehe. Langit kan maunya makan ini sama abang, ayah dan ibu juga, tapi kalena Langit ndak tau ibu dimana. Makan sama ayah, abang dan Om Gani aja udah seneng!"

Seketika mereka semua terdiam, penuturan polos Langit berhasil membuat dua orang dewasa dan remaja seperti Angkasa bungkam tak bersuara.

Angkasa kembali teringat bagaimana hari yang ia lalui saat berada dekat dengan sang ibu; bahagia, tetapi juga ia harus terpaksa pergi. Bukan karena kehendaknya, tapi keharusan yang ia lakukan agar ibunya tidak terluka 'lagi'.

Mengingat itu, Angkasa jadi teringat dengan sepucuk surat yang ia tuliskan sebelum pergi. Apa sekarang ibu sudah membacanya?

"Langit pengen banget ya ketemu sama Ibu?" Pertanyaan yang Regan lontarkan berhasil mengalihkan perhatian Langit dan juga Angkasa.

Langit Angkasa [SELESAI]Where stories live. Discover now