12 • Keluarga bahagia

1.3K 170 11
                                    

"Kopinya sudah jadi?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kopinya sudah jadi?"

Raini yang awalnya sibuk mengadu segelas kopi untuk sang suami dibuat kaget karena sosok itu justru sekarang berada di dekatnya. Menyingkirkan helaian rambut panjang miliknya.

"Belum siap juga kopinya, hm?"

Belum ada jawaban dari Raini dan itu membuat sang suami-Restu menghela napas.

"Kamu mikirin apa, sih? Melamun mulu dari siang tadi, kenapa?"

Gelengan kecil menjadi jawaban atas pertanyaan Restu. Setidaknya Raini menjawabnya, tidak hanya diam saja.

"Ini, kopi kamu udah jadi. Maaf ya, Mas harus nunggu lama."

Dan itu juga menjadi jawaban dari Raini, tapi tetap tidak membuat rasa penasaran Restu hilang begitu saja. Istrinya bersikap tidak seperti biasanya hari ini, apalagi Restu tahu perubahan itu terjadi setelah menjemput putri mereka dari sekolah barunya siang tadi.

Dia memutuskan mengajak Raini untuk duduk di kursi, menenangkan diri karena perasaan Restu mengatakan, istrinya sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Kamu ingat sesuatu?" Ragu-ragu Restu menanyakan hal itu. Namun, sepertinya sukses membuat Raini kembali pada dunianya sekarang.

Seraya menggenggam tangan besar sang laki-laki berstatus suaminya, Raini menggeleng pelan. "Aku masih nggak ingat apa-apa, Mas. Tapi ngeliat tatapan terluka dari anak itu, entah kenapa buat hati aku seolah ikut terluka juga ...,"

Perlahan air matanya menetes, seiring dengan cerita yang keluar dari mulutnya perihal dua anak laki-laki yang ia temui di lampu merah bersama Jingga siang tadi.

" ... m-mereka, natap aku seolah aku adalah Ibu mereka, Mas."

Restu tidak menanggapi apa-apa, ia hanya memeluk istrinya. Berharap sedikit pelukan hangat, bisa membuat Raini merasakan nyaman.

"Ada banyak anak-anak jalanan lainnya, tapi kenapa saat aku ketemu mereka, rasanya beda. Aku nggak ngerti sama diri aku sendiri, Mas."

Lagi-lagi Raini menumpahkan segala kegelisahan yang terus memaksanya berpikir keras. Ia tidak mengerti ... Langit dan Angkasa, dua anak laki-laki baik yang rasanya sangat berbeda dari anak lainnya. Dan seolah ada sesuatu di dalam diri mereka yang memaksa Raini untuk terus mengingat karena kenyataannya, banyak hal yang sudah ia lupakan.

"Ibu, kenapa?" celetuk sosok remaja laki-laki yang baru saja memasuki dapur. "Ah, maaf Abang ganggu ya."

Si sulung di keluarga itu pun bersiap menjauh dari kedua orang tuanya. Namun, Restu cepat-cepat menyuruh sang anak untuk duduk di dekat mereka.

"Abang nggak ganggu sama sekali, Ibu cuma lagi capek aja." Restu yang pertama kali membuka suara.

Sedangkan Raini hanya membenarkan ucapan suaminya seraya tersenyum. "Abang mau apa? Mau susu?"

Langit Angkasa [SELESAI]Where stories live. Discover now