22 • Bukan siapa-siapa

916 157 70
                                    

Follow Secrettaa
Jangan lupa vote+komen🐣

Follow SecrettaaJangan lupa vote+komen🐣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Berhenti mikirin anak itu, Raini. Dia bukan siapa-siapa kamu atau aku."



Angkasa tidak tahu lagi harus melakukan apa, berbagai cara telah ia lakukan untuk mencari Langit.

Namun, semua seolah bungkam dan hilang begitu saja. Tidak meninggalkan jejak barang sedikitpun, sampai yang tersisa sekarang hanya sebuah kenangan untuk Angkasa terus bertahan.

Tubuhnya yang memang kurus, kini semakin kurus. Kantung matanya pun terlihat menghitam. Semenjak kepergian Langit dari panti, Angkasa tidak pernah lagi tidur nyenyak. Semangatnya seolah hilang, tujuannya pun tidak tentu arah sekarang.

Namun, yang pasti Angkasa selalu memikirkan Langit bagaimana pun keadaannya.

"Bang Angkasa?"

Angkasa menoleh, menatap anak perempuan yang beberapa hari ini selalu menemaninya. Ya meskipun hanya di sekolah saja.

"Kenapa?"

"Jingga bawa bekal. Ibu buatinnya dua, buat Abang satu. Mau 'kan?"

"Makasih ya," tanpa menolak Angkasa langsung membuka kotak bekal yang Jingga berikan dan melahapnya dengan senang serta binar mata penuh bahagia.

Bagaimana tidak, saat mendengar sosok yang begitu ia rindukan ternyata memasak semua ini tentu Angkasa sangat senang.

Kalo Langit ada di sini, pasti dia juga bakal senang banget makan buatan Ibu. Batinnya.

Angkasa kembali tersenyum, memikirkan bagaimana hebohnya sang adik saat merasakan masakan sang Ibu. Ah, rasanya Angkasa sangat tidak sabar untuk bisa bertemu dengan Langit.

"Tas Bang Angkasa kok keliatan gede banget, isinya banyak ya?" celetuk Jingga memperhatikan tas dibelakang tubuh Angkasa yang justru langsung menghentikan kunyahannya.

"Iya, banyak," jawab Angkasa jujur. Karena tas sekolahnya memang ia isi dengan beberapa pakaian serta barang. Angkasa berencana kabur dari panti setelah pulang sekolah nanti.

Lagipula tidak ada lagi alasan dia bertahan di sana 'kan? Persoalan janji sang ibu, bisa Angkasa lupakan sama seperti ibunya yang sudah melupakan dia dan adik. Tidak langsung hilang diingatan memang, tapi secara perlahan. Sebab sekarang hanya Langit yang Angkasa harapkan.

"Bang Angkasa mau pergi kemana?"

Angkasa menoleh, menatap Jingga yang ternyata juga menatap dirinya. Keduanya cukup lama dalam posisi itu, dengan Jingga yang terus mengisi mulutnya menunggu jawaban Angkasa.

Langit Angkasa [SELESAI]Where stories live. Discover now