6 • Bodoh

1.3K 226 14
                                    

Jam istirahat kali ini Angkasa habiskan bersama Langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam istirahat kali ini Angkasa habiskan bersama Langit. Keduanya hanya berdiam diri di kelas, menggulang pelajaran yang tadi diberikan oleh guru dengan sesekali bercanda.

"Langit tau, ini huluf E! Benal 'kan, Bang?" tanya Langit seraya menunjuk buku milik Angkasa.

"Benar," jawab Angkasa setelah beberapa saat mencoba mengingat huruf apa yang Langit tunjuk itu.

Ia terkekeh melihat adiknya begitu senang belajar. Sepertinya selain membelikan Langit perlengkapan sholat, ia juga ingin membelikan adiknya tersebut seragam serta perlengkapan sekolah. Agar nantinya, Langit bertambah semangat belajar. Lagipula satu atau dua tahun lagi, adiknya ini akan menginjak sekolah dasar.

Angkasa akan mulai kembali menabung dan sebisa mungkin ia menyisihkan uang hasil kerjanya tanpa diketahui oleh Bibi Neta.

"Eh, liat tuh! Badannya doang gede, tapi bodoh."

"Iya ya, apa nggak malu masih pakai seragam SD."

"Abang aku ada cerita, dia satu kelas sama anak itu. Emang bodoh orangnya. Nggak bisa baca."

"Dia juga nggak ada yang mau nemenin, takut ketularan bodoh."

Spontan kegiatan kedua kakak beradik yang awalnya penuh tawa, terhenti saat itu juga. Ucapan-ucapan yang terlontar dari teman sekelas Angkasa sudah biasa didengarnya. Berbeda dengan Langit yang tampak bingung, menatap bergantian antara sekelompok anak-anak itu dengan wajah sang abang.

Langit mencoba memahami apa yang sedang mereka bicarakan dan untuk siapa kalimat-kalimat pedas tersebut ditujukan.

"Heh, kamu adiknya orang bodoh ini ya?" ujar salah satu dari mereka seraya menunjuk Langit yang spontan langsung mengangguk.

"Iya, tapi Bang Angkasa pintal ndak bodoh!" balas Langit terdengar kesal.

"Haha .... Ngomong aja nggak bener. Jangan-jangan kamu udah ketularan bodoh dari Abang kamu itu, ya?!"

Angkasa bangkit dari duduknya, berdiri tepat di depan sekelompok anak-anak nakal yang memang suka sekali menganggu dirinya, bahkan hampir tiap hari.

Seolah mengejek Angkasa adalah kebiasaan yang tidak akan mungkin mereka lewatkan.

"Pergi, jangan ganggu adik aku," ucap Angkasa santai.

"Idih, siapa juga yang mau dekat-dekat sama kamu! Dasar miskin." Mereka pun pergi keluar kelas, meninggalkan kedua kakak beradik yang awalnya penuh canda tawa, tetapi berubah menjadi sunyi tanpa suara.

"Udah ya, sekarang kita belajar lagi yuk!" ajak Angkasa berusaha menghibur Langit yang tampak terus menunduk setelah kepergian sekelompok anak-anak nakal tadi.

Tidak kunjung mendapat respon dari sang adik. Angkasa pun berinisiatif memeluk tubuh itu. Sampai suara tangisan adiknya, membuat Angkasa menghela napas berat.

Langit Angkasa [SELESAI]Where stories live. Discover now