1- Tentang Rania

794K 22.9K 533
                                    

Rembulan Rania Anjani. Seorang gadis yang masih menggulung tubuh nya dengan selimut tebal. Udara pagi yang sangat dingin membuatnya malas untuk melakukan aktivitas, padahal jam terus berlalu kini sudah jam 7 pagi.

Tok!

Tok!

Tok! 

“Rania, bangun! Ini udah jam 7 pagi, kamu gak akan kuliah, Ran?” tanya seorang wanita cantik yang ada di balik pintu. Iren, dia adalah tante nya Rania.

Merasa tidak mendapatkan jawaban dari sang empu di dalam kamar, Iren membuka kamar yang tidak di kunci itu. Iren menggelengkan kepala nya melihat kelakuan sang ponakan yang masih terbelit selimut tebal.

“Ran, bangun! Kamu mau kuliah jam berapa? Ini udah jam 9, gak akan kuliah?” tanya Iren

Mata Rania langsung terbuka sempurna. Jam 9? Benarkah? Rania langsung duduk dan mengucek - ngucek mata nya yang terasa perih. “Serius tante? Ini jam 9? Aku ada presentasi sama dosen jam 9,”

Iren menahan tawa nya, dia hanya diam tidak menjawabnya.

Setelah kesadarannya terkumpul, Rania mendengus kesal ketika melihat jam ternyata masih pukul 7 pagi. Rania kembali merebahkan tubuhnya. “Tante Iren jail banget sih. Masih ngantuk aku tuh,” gerutu Rania

“Bangun! Bangun! Bangun! Tante udah bikin sarapan buat kamu, hari ini tante gak ke butik jadi ayok sarapan. Sekarang cuci muka dan gosok gigi, setelah itu kebawah. Ngerti?”

“Ck, iya tante,” jawab Rania dengan malas

Ya, Rania tinggal bersama Iren, tante dari Bunda nya. Iren memiliki suami, tapi karena kecelakaan yang menimpa suami nya membuat dia kehilangan suami nya untuk selama lamanya. Rania memutuskan untuk tinggal bersama Iren karena orang tua nya selalu pergi keluar kota.
Iren memperlakukan Rania layaknya anak sendiri, dia sangat baik membuat orang tua nya percaya menitipkan Rania kepada Iren.

Rania keluar dari kamar, dia berjalan menuju meja makan. Aroma masakan Iren sudah tercium, membuat perut Rania tiba - tiba saja berbunyi.

“Lapar ya? Ayok makan yang banyak. Kamu itu kayak makin kecil aja, padahal selalu tante bikinin bekal, kok masih aja kurus ya?” heran Iren

“Kan makanannya gak di cerna dulu, langsung jadi pup.” jawab Rania asal.

Iren berdesis, “Ish kamu nih, lagi di meja makan malah bahas kaya gitu. Udah cepet makan, nanti keburu dingin.”

Rania mengangguk. “Makasih tante udah buatin sarapan.”

“Sama - sama sayang,”

Rania memakan makanannya dengan tenang. Berbeda dengan Iren, dia menatap Rania dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan yang di dalamnya ada takut kehilangan keponakannya.

****

“Pagi, Ran,”

Rania tersenyum manis ketika pria tinggi itu menyapanya. Jeno. Anak fakultas kedokteran, yang kini sedang berada di semester akhir. Jeno termasuk pria tampan di kampusnya, visual nya yang tidak pernah gagal membuat para kaum hawa mleyot.

“Pagi, Jen.” balas Rania

Jeno mengeluarkan coklat yang ada di tasnya. “Seperti biasa, coklat untuk menyemangati hari nya. Tapi setelahnya, jangan makan coklat banyak banyak ya? Gak baik buat kesehatan.”

Rania terkekeh, Jeno benar benar anak kedokteran banget. “Iya, Jen. Aku makan coklatnya dari kamu aja.”

Jeno tersenyum, dia mengelus kepala Rania. “Anak baik. Aku denger sekarang ada presentasi ya? Ingat, jangan grogi, lakukan yang terbaik. Oke?”

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang