17 - Perubahan Damian

248K 17.7K 386
                                    

Jangan lupa vote and follow ya
NewIg : rahmaakmr22



Hujan untuk hari senin. Suasana kota Jakarta menjadi lebih sejuk karena hujan turun begitu deras dari pagi hingga saat ini. Banyak orang - orang yang mengeluh dengan kehadiran hujan ini, karena aktivitas mereka terganggu. Jalanan yang selalu padat, kini menjadi sepi karena turun hujan. Banyak orang - orang yang lebih memilih berteduh, dibanding menikmati hujan ini.

Seperti Rania. Gadis itu bangku koridor sambil menatap hujan di depannya. Mata nya melihat awan yang gelap, seperti nya memang tidak ada tanda - tanda hujan akan berhenti. Rania tersenyum, ingatannya kembali ke masa lalu dimana dirinya sangat membenci hujan tapi kini hanya hujan lah yang membuatnya tenang.

Satu orang yang berhasil membuatnya menyukai hujan. Jeno. Si pria penyuka hujan. Astaga, Rania tetap saja mengingat pria itu. Terlalu banyak kenangan bersama pria itu sehingga melupakannya saja sulit, kebaikan pria itu tidak bisa ditutup dengan prilaku buruknya. Jeno baik, itu adalah faktanya.

Rania membuang nafasnya, ternyata sesakit ini rasanya ketika mengingat Jeno. Ingatannya kembali dimana Jeno sangat kecewa kepadanya. Rania sangat merasa bersalah. Rania tidak ingin apapun, tapi dia hanya ingin Jeno menerima permintaan maafnya. Itu saja cukup.

Duarr!

Rania tersentak kaget dengan suara petir dan kilatan cahaya di depan matanya. Rania menatap koridor yang hanya ada beberapa mahasiswa.

Rania menyipitkan matanya, ketika dia melihat Jeno yang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya. Rania tersenyum tipis ketika Jeno bermain dengan air hujan, pria itu tidak ada takutnya meskipun guruh sangat besar.

Setidaknya, dengan hujan, Rania bisa melihat wajah ceria Jeno. Terimakasih hujan, kau membuat gelap menjadi bersinar untuk sesaat. Batin Rania

“Rania!”

Rania menoleh, dia menatap seorang pria tinggi yang berlari untuk menghampiri nya.

“Iya, ada apa?”

“Pulpen lo, tadi ketinggalan di kelas.” ucap Damar

Rania mengambil pulpen itu, “Thanks, Dam.”

Damar mengangguk, “Gue pergi ya,”

Rania mengangguk, “Jangan lari, licin, lo bisa jatuh.” peringat Rania

Damar mengacungkan jempolnya, lalu berjalan menjauh dari Rania.

Rania menoleh, dia sudah tidak mendapati Jeno yang berdiri sambil bermain hujan. Kemana pria itu? Namun tatapan Rania tak sengaja melihat flashdisk yany tergeletak di lantai.
Rania berjalan, lalu mengambil flashdisk itu. 'JR' tulisan yang tertera di flashdisk itu. Jelas Rania tahu arti itu, JenoRania. Jeno menulis nama itu tepat di hadapannya.

“Gue cari Jeno aja kali ya?” gumam Rania

Rania melangkahkan kaki nya untuk mencari Jeno. Gedung fakultas kedokteran sangat mewah, Rania pernah beberapa kali kesini dan dia yakin gedung ini paling bersih.

“Jeno,” panggil Rania

Jeno membalikkan badannya, dia sedikit terkejut dengan kehadiran Rania di gedung jurusannya.

Rania menyodorkan flashdisk,
“Jatuh, lain kali hati - hati. Pasti ada file - file tugas disini.” tutur Rania. Melihat tidak ada respon dari Jeno, Rania menarik tangan Jeno lalu menyimpan flashdisk di telapak tangan Jeno. “Aku pergi, permisi.” pamit Rania

Rania melangkahkan kakinya keluar dari gedung kedokteran.

Drtt! Drtt!

“Halo, ma,”

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang